Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

SPECIAL REPORT: Meneropong Masa Depan Otomotif 2025

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Minggu, 08 Desember 2024 |13:44 WIB
SPECIAL REPORT: Meneropong Masa Depan Otomotif 2025
SPECIAL REPORT: Meneropong Masa Depan Otomotif 2025 (Okezone)
A
A
A

Sementara itu, Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan masih menunggu kepastian rencana kenaikan pajak. Setelah itu, pihaknya akan mulai merumuskan strategi.

"Kami juga mempertimbangkan pastinya ada kekhawatiran mengenai kenaikan harga kendaraan, terkait dengan pajak-pajak tadi. Apakah itu 1 persen kenaikan pajak penjualan ataukah itu terkait opsen. Belum lagi peraturan tax mengenai mobil listrik apakah akan diperpanjang atau tidak," kata Frans, di Jakarta, belum lama ini.

Ia menjelaskan terkait harga jual kendaraan, pihaknya akan mengikuti kondisi pasar serta kompetisi yang ada. Namun, dia belum bisa memastikan besaran kenaikan kendaraan apabila PPN 12 persen diberlakukan.

"Kalau mengenai kenaikan harga, tentunya kita akan mengikuti kondisi pasar yang ada dan kompetisi yang ada. (Kenaikan) Belum bisa dihitung. Karena yang sudah pastikan adalah 1 persen. Itu pun yang saya dengar masih wacana. Jadi kita tunggu saja. Mudah-mudahan tidak ada kenaikan harga," tuturnya.

Di sisi lain, Mazda Indonesia merasa perlambatan penjualan akan terjadi pada 2025. Hal ini terjadi karena belum terlihat adanya perbaikan pada angka penjualan mobil pada akhir tahun ini.

"Kuartal pertama tahun depan (penjualan mobil) mungkin merangkak pelan, semoga saja tidak. Saya juga masih agak gelap (proyeksi tahun depan). Saya tidak ingin mendahului bapak-bapak dari Gaikindo (soal target)," kata Chief Operating Officer PT EMI (Eurokars Motor Indonesia), Ricky Thio, di Jakarta, belum lama ini.
 
Kenaikan pajak juga diprediksi bakal berdampak 

Executive Vice President PT Astra Honda Motor (AHM) Thomas Wijaya menyatakan, pihaknya akan mengikuti kebijakan yang diterapkan pemerintah tahun depan. Meski begitu, Thomas berharap pemerintah memberikan program yang dapat mendorong daya beli masyarakat. 

"Tentu harapannya pemerintah punya program, punya policy untuk mendorong daya beli sehingga market tidak berpengaruh. Makanya kita berharap tidak mempengaruhi daya beli supaya ekonomi tetap bergerak juga," tuturnya di Jakarta, baru-baru ini. 

Meski begitu, dia memprediksi pasar roda dua tahun depan tetap akan meningkat dari penjualan tahun ini yang berkisar 6,35-6,45 juta unit. "Tahun depan kita berharap tumbuhlah bisa 6,4-6,7 juta. Tentu tanpa ada dampak dari opsen ya," ucapnya.


 

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement