JAKARTA - Raksasa otomotif asal Jepang, Nissan, tengah dilanda krisis keuangan. Bahkan dilaporkan Nissan terancam bangkrut imbas merosotnya penjualan.
Melansir Daily Mail, Selasa (3/12/2024), mobil listrik murah dari China dituding jadi biang kerok masalah ini.
Nissan yang mempekerjakan 7.000 orang di Inggris dan 17.000 orang di AS telah memulai program pemotongan biaya besar-besaran imbas kerugian besar yang diderita.
Bulan lalu, Nissan menyatakan akan memangkas 9.000 pekerjaan dan 20 persen dari kapasitas produksi globalnya. Ini sebagai upaya mengurangi biaya $2,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun fiskal 2024, di tengah merosotnya penjualan di dua pasar terbesar mereka, yaitu China dan AS.
Perusahaan yang berpusat di Yokohomo itu berjanji pada Maret untuk memangkas biaya pembuatan kendaraan listrik sebesar 30 persen. Hal ini sebagai upaya melawan model-model murah yang telah melonjak dari China. Merek-merek China, seperti BYD, Chery, Geely, dan SAIC Motor telah menikmati lonjakan penjualan, demikian dilaporkan Telegaph.
BYD baru-baru ini mengalahkan penjualan kuartalan Tesla, Bloomberg melaporkan, dengan pendapatan untuk tiga bulan yang berakhir pada 30 September sebesar 28,2 miliar dolar AS. Sementara penjualan Tesla mencapai 25,2 miliar dolar AS pada periode yang sama.
Kepala Eksekutif Nissan, Makoto Uchida, menerima pemotongan gaji sebesar 50 persen. Kini dilaporkan bahwa kepala keuangan Stephen Ma mengundurkan diri.
Namun, pihak internal khawatir langkah-langkah tersebut mungkin tidak cukup karena Nissan berjuang untuk tetap kompetitif dengan para pesaing yang lebih sukses dengan mobil hybrid.
"Ini telah menjadi pelajaran dan kami belum mampu mengikuti perkembangan zaman," ujar Uchida.
'Kami tidak dapat meramalkan bahwa kendaraan listrik hybrid dan plug in hybrid akan begitu populer,' katanya.
Forbes melaporkan, alternatif mobil listrik murah di China telah 'menghancurkan' pangsa pasar Nissan.
"Akar masalahnya berasal dari gelombang alternatif EV yang lebih murah yang datang dari China yang membanjiri pasar global dan mencuri pangsa pasar dari perusahaan Jepang itu," demikian laporan tersebut.