JAKARTA - Industri otomotif China mulai diterpa isu tak sedap. Hal ini buntut beredar skandal banyaknya mobil bekas dengan nol kilometer alias tak pernah dikendarai. Mobil tersebut terdaftar secara resmi, tapi belum pernah mengaspal di jalan raya.
Presiden Great Wall Motor (GWM), Wei Jianjun, menjadi sosok yang paling vokal menanggapi pasar otomotif China dianggap sudah tidak sehat lagi. Itu karena praktik ini menuai kritik lantaran mendistorsi data penjualan, menyesatkan konsumen, dan merusak stabilitas pasar jangka panjang.
Melansir Carnewschina, Kamis (5/6/2025), fenomena mobil bekas dengan nol kilometer terjadi karena didaftarkan terlebih dahulu oleh diler untuk memenuhi target penjualan pabrik. Setelah itu, mereka akan menjual kembali sebagai mobil bekas dengan harga miring.
Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi stok di pabrik, memenuhi syarat subsidi yang ditetapkan pemerintah, serta memenuhi syarat ekspor. Kelebihan kapasitas dengan stok nasional yang mencapai 3,5 juta unit pada April 2025, membuat strategi ini semakin masif.
Selain itu, perang harga yang ketat dan ketergantungan pada subsidi pemerintah, khususnya di sektor kendaraan energi baru (NEV), telah menciptakan kondisi ini.
Meski harga bisa 30 persen lebih rendah, mobil bekas nol kilometer menyimpan banyak risiko. Garansi biasanya dimulai saat registrasi pertama, sehingga jaminan bisa berkurang. Bahkan, beberapa unit masih dalam tanggungan cicilan atau status kepemilikan tidak jelas.
Misal, harga bekas BYD Qin L yang lebih rendah 40 persen dibandingkan model baru. Hal ini memicu efek domino pada merek lain dan menciptakan ekspektasi harga yang tidak realistis di pasar.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah China langsung memberi respons melalui Kementerian Perdagangan. Pemerintah memanggil sejumlah pemain besar, seperti BYD, Dongfeng, dan platform penjualan mobil bekas, Guazi. Hal ini untuk membahas pengawasan penjualan mobil bekas dan transparansi laporan penjualan.
(Erha Aprili Ramadhoni)