Informasi ini sangat baru bagi dunia sains. Karena itu, diperlukan penelitian lanjutan. "Kami belum pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Oleh karena itu, kami pun bingung dengan perilaku lalat jantan yang terpapar polusi udara ini," lanjut peneliti.
Kata peneliti, feromon berperan bukan hanya untuk mencari pasangan, tapi mengidentifikasi anggota spesies yang sama dan komunitasnya. Pada lebah dan semut misalnya, feromon berfungsi untuk menyatukan mereka.
Dengan kata lain, dari kasus lalat di atas ini menjadi contoh perlunya perhatian penting peneliti lain bahwa ada risiko kekacauan di antara serangga jika polusi udara tidak ditangani dengan tepat.
"Akan sangat kacau jika semut, lebah, dan tawon gak saling kenal kelompoknya dan mereka bingung di mana mereka harus tinggal," tambah laporan penelitian itu.
Efeknya tidak sampai di situ, pada lebah dan kupu-kupu feromon dipakai untuk reproduksi dan populasi. Dua hewan ini juga dikenal sebagai penyerbuk ulung bagi tanaman.
"Ketika kadar feromon turun, artinya 80% tanaman kehilangan ekosistem penyerbukan yang dilakukan kupu-kupu dan lebah," tambah laporannya.
Jadi, polusi udara gak hanya memengaruhi manusia tapi serangga juga terdampak. Harus ada upaya pencegahan segera untuk menghentikan risiko buruk ini.
(Saliki Dwi Saputra )