Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tak Cuma Manusia, Serangga Juga Alami Dampak Buruk dari Polusi Udara

Muhammad Sukardi , Jurnalis-Selasa, 22 Agustus 2023 |10:04 WIB
Tak Cuma Manusia, Serangga Juga Alami Dampak Buruk dari Polusi Udara
Polusi udara pengaruhi serangga (Foto: Okezone.com)
A
A
A

JAKARTA - Polusi udara tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan manusia, tapi juga spesies kecil seperti serangga. Bahkan sejulam spesies dikabarkan menjadi susah kawin. Apa sebabnya? 

Dalam laporan Yahoo News, Selasa (22/8/2023), serangga pada umumnya menemukan pasangan sangat bergantung pada feromon yang mana adalah bahan kimia yang memungkinkan jantan dan betina menemukan pasangan.

Feromon sangat khas pada lalat, karena ketika ozon meningkat di udara akibat dipengaruhi oleh polusi, feromon akan terganggu dan terdegradasi. Dengan kata lain, lalat jadi susah menemukan pasangan dan kawin. 

Penelitian dilakukan untuk membuktikan teori tersebut. Dikerjakan oleh ilmuwan di Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia di Jerman, peneliti menemukan kaitan antara polusi udara dengan feromon lalat.

Para peneliti mengembangkan percobaan membuat area yang memiliki ozon serupa dengan wilayah yang udaranya tercemar. Lalu, mereka menempatkan sejumlah lalat di sana.

Hasilnya, lalat betina tidak tertarik dengan lalat jantan. Padahal, secara alamiah feromon dikeluarkan lalat jantan untuk menarik lalat betina sekaligus mengusir lalat jantan lainnya. 

Anehnya, karena lalat jantan susah menarik perhatian lalat betina, lalat jantan malah menarik perhatian lalat jantan lainnya, karena gak bisa membedakan mana lalat jantan dan betina.

"Kami dapat menjelaskan bahwa lalat pejantan mulai merayu satu sama lain setelah terkena paparan ozon dalam waktu singkat, karena mereka jelas tidak bisa membedakan lalat jantan dengan betina akibat polusi udara," kata peneliti, Nanji Jiang dan Markus Knaden, dikutip Selasa (22/8/2023).

Informasi ini sangat baru bagi dunia sains. Karena itu, diperlukan penelitian lanjutan. "Kami belum pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Oleh karena itu, kami pun bingung dengan perilaku lalat jantan yang terpapar polusi udara ini," lanjut peneliti.

Kata peneliti, feromon berperan bukan hanya untuk mencari pasangan, tapi mengidentifikasi anggota spesies yang sama dan komunitasnya. Pada lebah dan semut misalnya, feromon berfungsi untuk menyatukan mereka.

Dengan kata lain, dari kasus lalat di atas ini menjadi contoh perlunya perhatian penting peneliti lain bahwa ada risiko kekacauan di antara serangga jika polusi udara tidak ditangani dengan tepat.

"Akan sangat kacau jika semut, lebah, dan tawon gak saling kenal kelompoknya dan mereka bingung di mana mereka harus tinggal," tambah laporan penelitian itu.

Efeknya tidak sampai di situ, pada lebah dan kupu-kupu feromon dipakai untuk reproduksi dan populasi. Dua hewan ini juga dikenal sebagai penyerbuk ulung bagi tanaman. 

"Ketika kadar feromon turun, artinya 80% tanaman kehilangan ekosistem penyerbukan yang dilakukan kupu-kupu dan lebah," tambah laporannya.

Jadi, polusi udara gak hanya memengaruhi manusia tapi serangga juga terdampak. Harus ada upaya pencegahan segera untuk menghentikan risiko buruk ini.

(Saliki Dwi Saputra )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement