SANTA BARBARA - Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas California, Santa Barbara (USBC) mengungkap perubahan halus pada struktur otak wanita sepanjang siklus menstruasi mereka. Data diambil dari 30 wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal dan memiliki menstruasi bulanan yang teratur.
Dilansir dari situs Live Science, Selasa (31/10/2023), para peneliti memulai studi dengan dengan mengambil gambar tiga titik otak wanita selama siklus menstruasi mereka; menstruasi, ovulasi, dan fase pertengahan luteal yang sering dikaitkan dengan gejala sindrom pramenstruasi (PMS).
Data terkait volume otak dan dua jenis jaringan otak, yakni materi abu-abu yang berisi bagian utama sel otak dan materi putih yang menghubungkan komunikasi antar sel juga dikumpulkan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengukur ketebalan kortikal – lapisan luar otak yang berkerut atau yang terbuat dari materi abu-abu sekaligus mengumpulkan data terkait bagaimana air berdifusi ke seluruh materi putih otak.
Di samping menyelidiki struktur otak tersebut, perubahan empat hormon sepanjang siklus menstruasi juga diamati. Keempat hormon yang dimaksud adalah estradiol (sejenis estrogen), progesteron, luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulate hormone (FSH).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa konsentrasi estrogen dan LH ternyata berkorelasi dengan efisiensi difusi air saat melintasi materi putih otak. Hal ini mencerminkan perubahan dalam "struktur mikro" materi putih yang menurut beberapa ilmuwan mencerminkan perubahan dalam konektivitas.
Di sisi lain, konsentrasi FSH berkorelasi dengan ketebalan kortikal – begitu pula dengan bertambahnya dan berkurangnya materi abu-abu di korteks. Meskipun, di beberapa wilayah otak, FSH dan progesteron tampaknya juga memiliki hubungan yang berlawanan dengan difusi dan ketebalan kortikal, dimana peningkatan FSH diimbangi dengan air yang kurang berdifusi dengan bebas dan ketebalan kortikal yang lebih besar.