China menjadi negara ketiga, setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang meluncurkan manusia ke luar angkasa menggunakan sumber dayanya sendiri pada tahun 2003, dengan misi luar angkasa berawak pertamanya.
Pengeluaran, rantai pasokan, dan kemampuan Amerika diyakini memberikan keunggulan yang signifikan atas China untuk saat ini. Meski demikian, Cina telah mencapai banyak hal di beberapa bidang, mengembalikan sampel dari permukaan bulan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade dan mengirimkan penjelajah ke sisi jauh bulan yang belum banyak dieksplorasi.
Sementara itu, dengan dukungan dari perusahaan-perusahaan di sektor swasta seperti SpaceX dan Blue Origin, Amerika Serikat berencana untuk mengembalikan manusia ke bulan pada akhir tahun 2025 sebagai bagian dari komitmen baru untuk misi berawak.
Terlepas dari proyek bulan mereka, kedua negara tersebut secara terpisah telah mendaratkan kendaraan penjelajah di Mars. China berencana bergabung dengan AS dalam mendaratkan pesawat ruang angkasa di asteroid.
Menurut kantor berita resmi Xinhua, kru baru stasiun ini juga perlu melakukan perawatan pada panel-panel suryanya yang telah rusak akibat puing-puing antariksa.
Sejumlah besar partikel tersebut diciptakan oleh Tiongkok dalam penghancuran salah satu satelitnya sendiri oleh rudal yang ditembakkan pada tahun 2007. Peluncuran rudal tersebut dianggap sebagai unjuk kekuatan terhadap para pesaingnya di Amerika Serikat dan sekutunya. (Taja Aurora Bianca)
(Saliki Dwi Saputra )