Pada 2011, Google meluncurkan Google+, yang sederhananya merupakan 'kloningan' dari Facebook. Mereka yang memiliki Gmail, surel besutan Google, secara otomatis akan memiliki akun Google+.
Saat awal kemunculannya, Google+ juga disebut-sebut sebagai 'Facebook Killer'. Akan tetapi, karena minim inovasi serta memiliki fitur yang tak jauh berbeda dengan FB, penggunanya merasa jenuh dan meninggalkan Google+.
Melansir New York Times, salah satu mantan karyawan Google bahkan mendeskripsikan Google+ sebagai 'panic button'. Google terkejut dengan masifnya pengguna Facebook, sehingga menciptakan media sosial baru tanpa memiliki tujuan dan target yang jelas.
Situasi serupa sedang dihadapi oleh Threads. Media sosial yang tersambung dengan Instagram ini harus cepat berinovasi. Beberapa fitur pun sudah disiapkan oleh Meta, yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
"Meta berencana untuk menambahkan fitur baru, yang bisa membuat para pengguna lebih sering kembali menggunakan aplikasi (Threads)," kata Chris Cox, chief product officer Meta, mengutip Business Today.
"Seperti contohnya memastikan para pengguna Instagram bisa melihat hal-hal penting di Threads," tutupnya.
(Muhammad Pratama Supriyadillah)