Microsoft Luncurkan Sistem AI Medis Super, Diagnosis Pasien Lebih Akurat dan Murah dari Dokter

Rahman Asmardika, Jurnalis
Rabu 02 Juli 2025 12:51 WIB
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
Share :

JAKARTA - Peneliti Microsoft meluncurkan sistem kecerdasan buatan (AI) baru yang dapat mendiagnosis pasien lebih akurat daripada dokter manusia. Dijuluki Microsoft AI Diagnostic Orchestrator (MAI-DxO), sistem ini mencakup beberapa model AI dan kerangka kerja yang memungkinkannya menelusuri gejala dan riwayat pasien untuk menyarankan tes yang relevan. Berdasarkan hasilnya, sistem ini kemudian menyarankan kemungkinan diagnosis.

Raksasa teknologi yang berbasis di Redmond menyoroti bahwa selain akurasi diagnosis, sistem ini juga dilatih untuk menjadi hemat biaya dalam hal pengujian yang dilakukan.

Microsoft Mengembangkan Tolok Ukur untuk Menguji Kinerja MAI-DxO

Dalam sebuah posting di X pada Senin, (30/6/2025), Mustafa Suleyman, CEO Microsoft AI, memposting tentang sistem MAI-DxO dan menyebutnya sebagai "langkah besar menuju kecerdasan super medis". Suleyman mengatakan sistem AI dapat memecahkan beberapa kasus medis tersulit di dunia dengan akurasi yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan tindakan diagnostik tradisional.

MAI-DxO mensimulasikan panel dokter virtual dengan berbagai pendekatan diagnostik yang berkolaborasi untuk memecahkan kasus medis, kata perusahaan tersebut dalam sebuah posting blog, yang dilansir Gadgets 360.  

Orchestrator mencakup sistem multiagen di mana satu orang memberikan hipotesis, satu orang memilih tes, dua orang lainnya memberikan daftar periksa dan pengelolaan, dan yang terakhir menantang hipotesis tersebut.

Setelah hipotesis lolos dari panel ini, sistem AI dapat mengajukan pertanyaan, meminta pengujian, atau memberikan diagnosis jika merasa memiliki cukup informasi. Jika merekomendasikan pengujian, sistem akan melakukan analisis biaya untuk memastikan bahwa biaya keseluruhan tetap masuk akal. Menariknya, sistem ini tidak bergantung pada model, artinya sistem ini dapat bekerja dengan model AI pihak ketiga mana pun.

Microsoft mengklaim bahwa sistem ini meningkatkan kinerja diagnostik setiap model AI yang diuji. Namun, o3 OpenAI tampil paling baik dengan menyelesaikan 85,5 persen kasus tolok ukur New England Journal of Medicine (NEJM) dengan benar. Perusahaan tersebut mengatakan bahwa kasus yang sama juga diberikan kepada 21 dokter praktik dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris, dan semuanya memiliki pengalaman klinis antara lima hingga 20 tahun. Dokter manusia memiliki akurasi 20 persen.

 

MAI-DxO dapat dikonfigurasi untuk beroperasi dalam batasan biaya yang ditentukan, kata perusahaan tersebut. Setelah anggaran input ditambahkan, sistem mengeksplorasi trade-off biaya-nilai sambil membuat keputusan diagnostik. Ini membantu sistem AI hanya memesan tes yang diperlukan, alih-alih setiap tes yang memungkinkan untuk menyingkirkan semua penyebab gejala.

Untuk menilai sistem AI, Microsoft juga mengembangkan tolok ukur baru yang dijuluki Sequential Diagnosis Benchmark (SD Bench). Tidak seperti tes tolok ukur medis biasa yang mengajukan pertanyaan pilihan ganda, tes ini menilai kemampuan sistem AI untuk mengajukan pertanyaan yang tepat dan mengurutkan tes yang tepat secara berulang. Kemudian, ia mengevaluasi jawaban dengan membandingkannya dengan hasil yang dipublikasikan dalam NEJM.

Perlu dicatat, MAI-DxO belum disetujui untuk penggunaan klinis, dan dimaksudkan sebagai penelitian awal untuk mengembangkan kemampuan AI dalam operasi diagnostik. Microsoft mengatakan bahwa sistem AI-nya hanya dapat disetujui untuk penggunaan klinis setelah pengujian keamanan yang ketat, validasi klinis, dan tinjauan regulasi.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Ototekno lainnya