MAI-DxO dapat dikonfigurasi untuk beroperasi dalam batasan biaya yang ditentukan, kata perusahaan tersebut. Setelah anggaran input ditambahkan, sistem mengeksplorasi trade-off biaya-nilai sambil membuat keputusan diagnostik. Ini membantu sistem AI hanya memesan tes yang diperlukan, alih-alih setiap tes yang memungkinkan untuk menyingkirkan semua penyebab gejala.
Untuk menilai sistem AI, Microsoft juga mengembangkan tolok ukur baru yang dijuluki Sequential Diagnosis Benchmark (SD Bench). Tidak seperti tes tolok ukur medis biasa yang mengajukan pertanyaan pilihan ganda, tes ini menilai kemampuan sistem AI untuk mengajukan pertanyaan yang tepat dan mengurutkan tes yang tepat secara berulang. Kemudian, ia mengevaluasi jawaban dengan membandingkannya dengan hasil yang dipublikasikan dalam NEJM.
Perlu dicatat, MAI-DxO belum disetujui untuk penggunaan klinis, dan dimaksudkan sebagai penelitian awal untuk mengembangkan kemampuan AI dalam operasi diagnostik. Microsoft mengatakan bahwa sistem AI-nya hanya dapat disetujui untuk penggunaan klinis setelah pengujian keamanan yang ketat, validasi klinis, dan tinjauan regulasi.
(Rahman Asmardika)