Ilmuwan Khawatir Ada Virus Berbahaya Lepas dari Es yang Mencair di Antartika

Martin Bagya Kertiyasa, Jurnalis
Jum'at 28 Juli 2023 18:19 WIB
Es Antartika. (Foto: Reuters)
Share :

LAPISAN es di Antartika Timur memang mulai mencair, dan akibatnya menaikkan permukaan laut setinggi 52 meter. Tapi, ternyata ada bahaya lain selain kenaikan permukaan laut loh.

Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan kecocokan genetik antara virus yang telah tidur di sedimen danau Arktika. Bahkan, virus ini memiliki calon inang yang masih hidup sehingga memungkinkan virus tersebut bereplikasi.

Iklim bumi memanas dengan kecepatan yang spektakuler, dan hingga empat kali lebih cepat di daerah yang lebih dingin seperti Arktik. Perkiraan menunjukkan ada 4 sextillion mikroorganisme dilepaskan dari pencairan es setiap tahun. Ini hampir sama dengan perkiraan jumlah bintang di alam semesta.

Namun, meskipun sejumlah besar mikroorganisme dilepaskan dari pencairan es, belum ada yang dapat memperkirakan risiko yang ditimbulkannya terhadap ekosistem modern. Dalam sebuah studi baru di jurnal PLOS Computational Biology, simulasi menunjukkan bahwa 1% pelepasan simulasi dari hanya satu patogen dorman dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar dan hilangnya organisme inang secara luas di seluruh dunia.

Lewat simulasi yang menggunakan software Avida, patogen penyerang sering bertahan dan berevolusi di dunia modern yang disimulasikan. Sekitar 3% patogen tersebut kemudian menjadi dominan di lingkungan baru, dalam hal ini mereka sangat mungkin menginfeksi inang modern.

Dalam skenario kasus terburuk tetapi masih masuk akal, invasi mengurangi ukuran komunitas inangnya sebesar 30%. Risiko dari sebagian patogen ini mungkin tampak kecil, tetapi perlu diingat bahwa ini adalah hasil pelepasan hanya satu patogen tertentu dalam lingkungan simulasi. Dengan banyaknya mikroba purba yang dilepaskan di dunia nyata, wabah semacam itu menimbulkan bahaya besar.

Matthew Flinders Professor of Global Ecology and Models Theme Leader untuk ARC Centre of Excellence for Australian Biodiversity and Heritage, Universitas Flinders dan Giovanni Strona, mengatakan ada ancaman tersembunyi dari kasus ini.

"Temuan kami menunjukkan bahwa ancaman tak terduga yang sejauh ini terbatas pada fiksi ilmiah ini bisa menjadi pendorong perubahan ekologis yang kuat," tuturnya seperti dilansir dari Science Alert.

"Meskipun kami tidak memodelkan potensi risiko terhadap manusia, fakta bahwa patogen "penjelajah waktu" dapat menjadi hidup dan sangat merusak komunitas yan ada, dan ini mengkhawatirkan," tutur dia.

Virus terkenal seperti SARS-CoV-2, Ebola, dan HIV kemungkinan besar ditularkan ke manusia melalui kontak dengan inang hewan lainnya. Jadi masuk akal bahwa virus ada di es dapat memasuki populasi manusia melalui jalur zoonosis.

Meskipun kemungkinan munculnya patogen dari es yang mencair dan menyebabkan kepunahan bencana rendah, tapi ini bukan lagi fantasi yang semata tapi sebuah kewaspadaan.

Sekadar informasi, pada tahun 2003, ada bakteri yang hidup kembali dari sampel yang diambil dari dasar inti es yang dibor ke lapisan es di dataran tinggi Qinghai-Tibet. Es di kedalaman itu berusia lebih dari 750.000 tahun.

Pada tahun 2014, virus Pithovirus sibericum "zombie" raksasa dihidupkan kembali dari permafrost Siberia berusia 30.000 tahun. Dan pada tahun 2016, wabah antraks (penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis) di Siberia barat dikaitkan dengan pencairan cepat spora B. Virus ini membunuh ribuan rusa dan mempengaruhi puluhan orang.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Ototekno lainnya