Di masa lalu, para ilmuwan telah mencoba melakukan hal serupa. Namun, ini adalah pertama kalinya CRISPR digunakan untuk mencapainya yang membuat pengiriman vaksin malaria menjadi jauh lebih mudah.
Disadur dari BGR, Senin (3/10/2022), 14 dari 26 peserta uji yang sudah mendapatkan vaksin masih tertular penyakit tersebut. Artinya, sistem pemberian vaksin nyamuk hanya efektif sekitar 50 persen.
Hasil penelitian ini merupakan sebuah lompatan besar meskipun belum sepenuhnya efektif. Saat ini yang diperlukan adalah evaluasi untuk pengembangan metode yang lebih baik lagi. Kemungkinan akan sempurna dalam beberapa tahun kedepan.
Untuk diketahui, metode vaksinasi mrenggunakan nyamuk tidak dilakukan dengan menyebar nyamuk ke alam bebas. Meskipun peneliti menyebut ini adalah proporsi yang menarik, tetapi akan memerlukan riset yang lebih mendalam.
Dengan cara tersebut perlu persetujuan medis dan bioetika karena mereka tidak dapat mengontrol siapa yang diinokulasi dan terpapar. Maka dari itu saat ini hanya dilakukan secara terbatas, dengan maksud hanya untuk memberikan vaksin dengan cara yang lebih terkontrol.
(Ahmad Muhajir)