TIM peneliti internasional dari St Petersburg University menemukan spesies baru dari Heteroptera. Itu merupakan serangga besar yang sayangnya tidak semua spesies dikenal sebagai serangga yang sebenarnya. Sementara dari temuan ini peneliti berhasil mengidentifikasi serangga tanaman baru –jenis kutu– yang dinamai Tatupa Grafei.
"Seringkali jika menyangkut serangga ini, orang membayangkan kutu busuk pengisap darah. Mereka membuat reputasi kutu yang lain menjadi rusak, tetapi sebagian besar serangga ini tidak menggigit. Kutu yang kami temukan adalah kutu busuk tanaman (Miridae) dan juga tidak memakan darah manusia," ucap Veronica Tyts, penulis utama penelitian tersebut yang juga mahasiswa master program biologi di St Petersburg University, sebagaimana dikutip dari Phys, Rabu (23/9/2020).
Baca juga: Peneliti Gunakan Teknologi AI untuk Baca Pikiran Seseorang
Para peneliti menemukan spesies baru ini di Borneo atau Pulau Kalimantan, Indonesia. Di mana wilayah ini memang dikenal sebagai pulau terbesar ketiga di dunia serta memiliki banyak flora dan fauna. Sementara itu, menariknya peneliti menyatakan kemungkinan bahwa spesies ini menjadi kutu endemik. Ia diduga tidak hidup di tempat lain, selain di Borneo.
Selain tidak ditemukannya kehidupan di luar Borneo, Tatupa Grafei diketahui termasuk genus Rhinocylapus. Genus ini relatif kecil dan saat ini hanya memiliki 24 spesies secara keseluruhan. Namun, ia hidup sebagai serangga dengan antena yang dapat tumbuh lebih panjang daripada tubuhnya dan memiliki banyak variasi warna.
Terlepas dari penemuannya, sejauh ini peneliti masih memiliki banyak hal yang belum dapat dipastikan. Termasuk perihal ukuran tubuh dengan kecenderungan dimorfisme seksual –ukuran tubuh jantan lebih kecil– dan makanan serta tempat tinggal.
Baca juga: Studi Baru Ungkap Fungsi Utama Tidur Dapat Berubah Tergantung Usia
Saat ini Tatupa Grafei diyakini hidup di jamur pada kayu busuk dengan kemungkinan memakan jamur maupun serangga pemakan jamur atau keduanya.
"Keanekaragaman hayati planet adalah harta karun besar yang sayangnya terus-menerus hilang. Penting untuk menemukan dan mendeskripsikan jenis organisme hidup baru untuk melestarikannya –jika tidak di habitat aslinya, setidaknya dalam basis data pengetahuan luas yang dibuat oleh umat manusia. Selain itu, masing-masing makhluk ini memiliki peran khusus dalam ekosistem global. Lalu semakin banyak koneksi yang bercabang di dalamnya, semakin tinggi stabilitasnya. Oleh karena itu, serangga kecil yang kami temukan mungkin memainkan peran penting dalam ekosistem Borneo," ucap Veronica Tyts.