Dilaporkan The Times, anggota dari gerakan politik Youths Against Corruption, yang memimpin demonstrasi Gen Z, berkonsultasi dengan chatbot kecerdasan buatan (AI) ChatGPT untuk mengidentifikasi kandidat potensial untuk memimpin pemerintahan interim Nepal. ChatGPT kemudian mengajukan daftar nama para pemimpin potensial Nepal, termasuk mantan Menteri Pendidikan Sumana Shrestha, mantan rapper yang kini menjabat Wali Kota Kathmandu Balen Shah, dan Sushila Karki.
Kelompok tersebut kemudian kembali menggunakan ChatGPT untuk memperdebatkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing kandidat. Pada akhirnya, AI merekomendasikan Karki untuk menjabat sebagai perdana menteri interim Nepal.
Pemilihan Karki untuk menduduki jabatan tersebut pun tak kalah unik. Para pengunjuk rasa berbondong-bondong menggunakan aplikasi pesan Discord untuk memberikan suara informal yang mendukungnya.
Discord adalah platform pesan instan yang merupakan saingan dari Slack dan Skype, dengan kemampuan VoIP (Voice over Internet Protocol, atau singkatnya panggilan internet), yang memungkinkan penggunanya berkomunikasi melalui pesan teks, panggilan suara, dan video, serta berbagi media. Pengguna dapat berbagi pesan secara privat melalui pesan pribadi atau di ruang obrolan komunitas virtual yang disebut "server", yang dapat diakses melalui tautan undangan.
Platform ini juga memungkinkan penggunanya untuk menetapkan peran dan izin kepada anggota yang berbeda di server mereka, yang memungkinkan mereka untuk memoderasi dan bahkan memblokir orang dari server.
Discord telah memainkan peran sentral dalam demonstrasi di Nepal.