Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Rusia Berencana Kembangkan Aplikasi Chat Saingan WhatsApp dan Telegram

Rahman Asmardika , Jurnalis-Rabu, 11 Juni 2025 |19:14 WIB
Rusia Berencana Kembangkan Aplikasi Chat Saingan WhatsApp dan Telegram
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
A
A
A

MOSKOW - Anggota parlemen Rusia pada Selasa, (10/6/2025) meloloskan rancangan undang-undang untuk pengembangan aplikasi pengiriman pesan yang didukung negara dan terintegrasi erat dengan layanan pemerintah. Rencana ini muncul di saat Moskow berupaya mengurangi ketergantungannya pada platform pengiriman pesan seperti WhatsApp dan Telegram.

Rusia telah lama berupaya membangun apa yang disebutnya kedaulatan digital dengan mempromosikan layanan dalam negeri. Dorongannya untuk mengganti platform teknologi asing menjadi lebih mendesak karena beberapa perusahaan Barat menarik diri dari pasar Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina pada Februari 2022.

Anton Gorelkin, wakil kepala komite kebijakan informasi parlemen Rusia yang menulis rancangan undang-undang tersebut, mengatakan aplikasi Rusia tersebut akan menawarkan layanan pesan dan panggilan, serta fungsi lain yang tidak dimiliki Telegram dan WhatsApp milik Meta Platforms.

"Keunggulan kompetitif utama platform tersebut adalah integrasi mendalam dengan layanan pemerintah," tulis Gorelkin di Telegram, sebagaimana dilansir Reuters.

Rancangan undang-undang tersebut masih harus melewati majelis tinggi parlemen dan ditanda tangani oleh Presiden Vladimir Putin agar menjadi undang-undang.

Menteri Pengembangan Digital Maksut Shadayev minggu lalu mengusulkan integrasi layanan pemerintah dengan aplikasi pesan nasional dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin, yang menyoroti kekurangan Rusia dibandingkan dengan negara lain di bidang ini.

 

Ia memuji perusahaan teknologi milik negara VK, yang situs media sosial VKontakte-nya diakses oleh hampir 80 juta orang Rusia setiap hari, karena mengembangkan layanan lokal seperti VK Video, pesaing Rusia untuk YouTube milik Alphabet.

VK telah menghabiskan banyak uang untuk memproduksi konten dan meningkatkan keahlian teknisnya guna meningkatkan jumlah pemirsanya, sehingga mengalami kerugian 94,9 miliar rubel (sekira Rp19,6 triliun) pada 2024.

Jumlah pemirsa YouTube di Rusia telah menurun tajam tahun lalu menjadi kurang dari 10 juta pengguna harian dari lebih dari 40 juta pada pertengahan tahun 2024, karena kecepatan unduh yang lebih lambat telah mempersulit orang untuk mengakses.

Pejabat Rusia menyalahkan perlambatan tersebut pada Google, menuduhnya gagal berinvestasi dalam infrastruktur Rusia dan mengkritiknya karena menolak untuk memulihkan saluran Rusia yang diblokir.

YouTube mengatakan perlambatan tersebut tidak disebabkan oleh tindakan atau masalah teknis apa pun di pihaknya.

Mikhail Klimarev, direktur Internet Protection Society, sebuah kelompok hak digital Rusia, mengatakan di Telegram bahwa ia memperkirakan Rusia akan memperlambat kecepatan WhatsApp dan Telegram untuk memberi ruang bagi layanan pesan negara baru tersebut, yang menurutnya dapat melanggar kebebasan pribadi.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement