JAKARTA - Kecerdasan buatan (AI) dapat menulis ulasan buku yang hebat dan pandai dalam ironi, tetapi tidak akan menggantikan jurnalisme berkualitas, kata editor surat kabar Italia yang menjadi pelopor eksperimen AI.
Dalam apa yang diklaim sebagai yang pertama di dunia, surat kabar Il Foglio menerbitkan sisipan harian empat halaman selama satu bulan yang seluruhnya ditulis oleh AI dan dijual bersama dengan surat kabar biasa.
Editor Claudio Cerasa mengatakan bahwa uji coba yang baru saja berakhir itu merupakan kesuksesan besar dan berhasil mendongkrak penjualan surat kabar tersebut. Dia menambahkan bahwa surat kabar itu sekarang akan menerbitkan bagian terpisah seminggu sekali yang ditulis oleh AI.
Ia mengatakan bahwa ia juga akan menggunakan AI untuk sesekali menulis artikel di bidang-bidang yang tidak dimiliki oleh Il Foglio, seperti artikel tentang astronomi. Namun, ia bersikeras bahwa program AI tidak akan menyebabkan hilangnya pekerjaan di ruang redaksi Il Foglio, surat kabar konservatif kecil dengan 22 staf.
"Beberapa penerbit melihat AI sebagai cara untuk mengurangi jumlah jurnalis dan menambah jumlah mesin. Itu sangat salah dan merugikan diri sendiri. Hal mendasar adalah memahami apa yang dapat Anda lakukan lebih banyak, bukan lebih sedikit," kata Cerasa kepada sekelompok kecil jurnalis asing, sebagaimana dilansir Reuters.
Cerasa mengatakan bahwa AI akan menciptakan lapangan kerja bagi orang-orang yang tahu cara mengajukan pertanyaan yang tepat dan memanfaatkan teknologi secara maksimal, tetapi memperkirakan bahwa hal itu juga akan meningkatkan jurnalisme berkualitas tinggi dengan memaksa wartawan untuk menggali lebih dalam dan menjadi lebih orisinal.
"Penulis akan dipaksa untuk menemukan elemen baru agar lebih kreatif dan relevan," katanya.
Cerasa berinteraksi setiap hari dengan program AI-nya dan sering terkejut dengan hasilnya. "Hal yang paling misterius, hal yang paling luar biasa, adalah rasa ironinya yang langsung terasa nyata," kata Cerasa.
"Jika Anda memintanya untuk menulis artikel ironis tentang topik apa pun, AI tahu cara melakukannya."
Ia menambahkan bahwa AI juga mahir dalam membuat ulasan buku, mampu menganalisis buku setebal 700 halaman dan menghasilkan kritik yang mendalam hanya dalam hitungan menit.
AI perlu diberi tahu apakah akan memberikan ulasan tersebut secara positif atau negatif, yang mengubahnya menjadi "pembunuh bayaran" atas perintah siapa pun yang ada di balik keyboard.
Kurangnya pemikiran kritis ini menjadi kendala, kata Cerasa. "Jika Anda memberi jurnalis arahan untuk sebuah artikel, bagi saya senang mendengar mereka berkata 'tidak', mendengar mereka tidak setuju dengan Anda. Diskusi ini mendasar tetapi tidak terjadi dengan AI."
Ia juga mencatat adanya kesalahan fakta yang terjadi sesekali dan mengatakan pihaknya tidak selalu memperbarui basis pengetahuannya, dengan alasan penolakan terus-menerus untuk mengakui bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memenangkan pemilihan ulang pada 2024.
(Rahman Asmardika)