Laporan tersebut menunjukkan bahwa alih-alih membuat artefak aplikasi di perangkat menggunakan prosesor ponsel, fitur ini mengimpor file SDM (Secure Dex Metadata) yang berisi versi artefak yang telah dikompilasi sebelumnya dari Google Play Store.
File tersebut dikatakan ditandatangani dengan kunci yang sama dengan APK. Metode ini membantu menghindari kebutuhan menjalankan alat dex2oat, mengurangi ketergantungan pada chipset ponsel untuk penginstalan aplikasi, dan mempercepat proses sepenuhnya, demikian dilansir Gadgets 360.
Namun, fitur tersebut belum diaktifkan. Menurut laporan tersebut, Google diharuskan mengonfigurasi Play Store untuk menghasilkan artefak aplikasi menggunakan dex2oat dan menyediakannya pada saat APK diinstal pada perangkat yang menjalankan Android 16.
(Rahman Asmardika)