Setelah diimplantasikan pada kelinci dan babi dengan cacat ereksi, implan ini menunjukkan hasil yang menggembirakan. Babi yang menerima implan ini mengalami peningkatan signifikan dalam tingkat kehamilan, dari hanya 25% menjadi 100% saat dibiakkan, yang menunjukkan bahwa fungsi ereksi dan kemampuan ejakulasi telah kembali normal.
Temuan ini menjadi bukti awal bahwa pendekatan ini dapat diterapkan dalam pengobatan disfungsi ereksi pada manusia. Selain itu, teknologi ini juga dapat membantu dalam pengembangan organ buatan lain yang kaya pembuluh darah, seperti jantung.
Meski hasil penelitian ini sangat menjanjikan, para ilmuwan menekankan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut sebelum teknologi ini dapat diterapkan pada manusia. Saat ini, model yang digunakan hanya dapat memulihkan disfungsi ereksi dalam skala parsial. Regenerasi dan perbaikan cedera penis dalam skala yang lebih besar masih menjadi tantangan yang harus diatasi.
Terobosan ini menandai langkah besar dalam dunia medis, khususnya dalam pengobatan cedera penis dan disfungsi ereksi. Jika teknologi ini berhasil dikembangkan lebih lanjut, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan implan penis cetak 3D akan menjadi solusi utama bagi pria yang mengalami gangguan ereksi akibat cedera atau penyakit tertentu.
(Rahman Asmardika)