JAKARTA - Bukan rahasia jika game-game buatan developer Indonesia banyak diminati di luar negeri. Ironisnya game tersebut kesulitan mendapat panggung di negara sendiri.
Menurut Chief Strategy Officer Agate, Cipto Adiguno ini tidak lepas dari tingginya ketertarikan masyarakat Indonesia kepada game mobile. Yang mana hal itu juga berkaitan dari mudah dan murahnya akses terhadap game mobile karena hampir semua orang memiliki smartphone.
"Sementara bagi kami developer game, untuk bersaing dengan game mobile yang sudah menempati peringkat 10 besar di toko aplikasi itu susah banget. Lawannya game-game yang budgetnya mahal," kata Cipto, Rabu (13/9/2023).
"Terlebih itu game biasanya dirilis bukan tahun ini, tapi 3-5 tahun lalu, jadi game-game baru itu susah bersaing. Game-game yang dibikin dengan budget gede aja susah masuk ke atas, apalagi kita," lanjutnya.
Menurut pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) itu, hal inilah yang membuat developer game lokal lebih memilih untuk menarget game PC dan juga konsol di luar negeri. Pasalnya di pasar tersebut lebih mudah untuk menemukan market dan itu terbukti berhasil.
Saat disinggung tentang kurangnya dukungan dari pemerintah, Cipto mengungkap bahwa sebenernya pemerintah Indonesia cukup mendukung dalam mengayomi developer game lokal.
Bahkan dibandingkan negara-negara tetangga, pemerintah Indonesia lebih banyak berperan, hanya saja dukungannya masih kurang terarah.
"Dukungan pemerintah sebenarnya relatif oke, bahkan kalau dibanding dengan negara sebelah kita. Saya rasa bukan karena kurang, tapi seandainya lebih terarah, akan lebih efektif. Kalau effort mereka sudah punya effort," pungkasnya.
Untuk diketahui, saat ini cukup banyak game buatan Indonesia yang sukses besar di kancah internasional. Misalnya game Coffee Talk, Coral Island, hingga Potion Permit yang bahkan telah meraup keuntungan miliaran rupiah.
(Saliki Dwi Saputra )