Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Efektifkah Water Cannon Kurangi Polusi Udara di Ibu Kota? Ini Kata Ahli

Wahyu Sibarani , Jurnalis-Jum'at, 25 Agustus 2023 |10:21 WIB
Efektifkah Water Cannon Kurangi Polusi Udara di Ibu Kota? Ini Kata Ahli
Polusi udara di Jakarta (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Polda Metro Jaya berupaya mengurangi dampak polusi udara yang makin mengkhawatirkan di Ibu Kota dengan cara menyemprotkan air di mobil Water Cannon di beberapa titik penting. Seberapa efektifkah cara tersebut?

Total ada empat mobil Water Cannon yang digunakan untuk menyemprotkan air di Jalan Merdeka Barat dan Jalan Jendral Sudirman hingga Patung Pemuda Membangun, Senayan, Jakarta, Rabu (23/8/2023) lalu.

"Sejumlah empat unit kendaraan Water Cannon Polda Metro Jaya dikerahkan untuk melakukan penyemprotan sebagai upaya mengurangi polusi udara di seputaran area Jalan Merdeka Barat Monas, Jalan Jenderal Sudirman sampai dengan Patung Pemuda membangun Senayan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo, dalam keterangannya, Kamis (24/8/2023).

Meski layak diapresiasi, namun ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan terutama terkait keefektifannya.

Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi, Elina Burhan mengungkap beberapa fakta menarik. Dalam akun X pribadinya, Elina mengatakan penyemprotan air melalui mobil water cannon kurang efektif.

"Karena partikel polutan yang berada di ketinggian itu tidak semua terjangkau," cuit Elina Burhan, Kamis (24/8/2023) kemarin.

Dia mendasarkan hal itu berdasarkan studi yang dilakukan di Baoding, China yang menyebutkan bahwa menyemprot jalan dengan air justru malah meningkatkan konsentrasi PM2.5. Jadi alih-alih turun, konsentrasi PM2.5 malah meningkat dan menjadi sumber baru aerosol antropogenik dan polusi udara.

Menurut dia, penelitian lain menyebutkan bahwa penyemprotan air ke jalan lebih memiliki dampak langsung pada partikel PM10. Semprotan air justru dapat menghilangkan partikel PM 10 itu dari pemukaan jalan. Masalahnya ada perbedaan besar antara PM2.5 dan PM10.

"Untuk diketahui, PM2.5 terbentuk dari emisi pembkaran bensin, minyak, bahan bakar, dan kayu. Sedangkan PM10 dari tempat pembangunan pembuangan sampah, kebakaran hutan, debu, dan lain-lain," terang Erlina Burhan.

Hal yang sama sebenarnya pernah terjadi di India pada 2017. Saat itu otoritas terkait di sana mencoba menekan dampak polusi dengan menyiram air.

Tidak main-main hampir 75.000 liter air digunakan untuk menekan dampak polusi. Bahkan agar efektif menekan partikel polusi yang ada di ketinggian, air tersebut disiram dari gedung pencakar langit Vikas Minar.

Sayangnya cara tersebut memang tidak efektif. Data dari Central Pollution Control Boards mengatakan bahwa tindakan tersebut hanya berdampak kecil terhadap tingkat polusi. Sama sekali tidak berhasil menekan partikel PM2.5 seperti yang dianalisa oleh Erlina Burhan.

"Penyiraman air yang dilakukan sangat memberikan efek yang kecil. Hanya solusi sementara untuk menenakn tingkat polusi saat sudah semakin mengkhawatirkan," ujar Dipankar Saha, ketua laboratorium dari Central Pollution Control Board (CPCB) India.

(Saliki Dwi Saputra )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement