Mereka mengamati dunia melintas di belakang bintangnya empat kali, memungkinkan para peneliti untuk membandingkan kecerahan total saat planet berada di samping bintang (TRAPPIST-1 c ditambah cahaya dari bintangnya) dengan hanya cahaya bintang.
Ini memungkinkan para astronom menentukan berapa banyak jenis cahaya tertentu, yang diserap oleh CO2, yang ada di dunia luar angkasa ini. Pada akhirnya, mereka menemukan sedikit bukti CO2.
"Hasil kami konsisten dengan planet yang berupa batu telanjang tanpa atmosfer, atau planet yang memiliki atmosfer CO2 yang sangat tipis (lebih tipis daripada di Bumi atau bahkan Mars) tanpa awan," tutup Debastian Zieba, seorang mahasiswa pascasarjana di Institut Max Planck.
(Martin Bagya Kertiyasa)