Di Kuxun, ia mengembangkan keterampilan teknis dan kepemimpinan dalam mengelola tim hingga 50 orang di dua tahun pertamanya. Ia juga mempelajari strategi penjualan, yang ternyata nantinya digunakan membangun ByteDance. Namun sebelum mendirikan perusahaan teknologi besar itu, Zhang sempat bekerja di Microsoft.
Pada 2012, Zhang mendirikan ByteDance, perusahaan induk TikTok. Produk pertamanya adalah Toutiao, sebuah agregator berita berbasis kecerdasan buatan. Berbeda dengan mesin pencari tradisional seperti Baidu, Zhang ingin menyajikan berita melalui sistem rekomendasi yang lebih personal. Inovasi ini menjadi dasar pengembangan TikTok, yang pertama kali diluncurkan dengan nama Douyin pada 2016 di China.
TikTok dengan cepat menjadi fenomena global, terutama di kalangan remaja Amerika, dengan lebih dari 170 juta pengguna di AS per September 2024. Zhang bahkan mendorong karyawannya untuk aktif membuat konten di platform tersebut. Ia menerapkan kebijakan unik di mana anggota manajemen harus membuat video TikTok sendiri dan mendapatkan jumlah "like" tertentu, jika tidak, mereka harus melakukan push-up sebagai hukuman.
Gaya kepemimpinan Zhang dikenal karismatik, logis, dan penuh dedikasi. Namun, pada tahun 2021, ia memutuskan mundur sebagai CEO ByteDance, mengakui bahwa dirinya lebih cocok berkontribusi dalam peran non-manajerial. Meski demikian, ia tetap memiliki visi besar untuk ByteDance agar menjadi perusahaan yang dapat bersaing secara global, sebanding dengan raksasa teknologi seperti Google.
Kesuksesan TikTok dan ByteDance membawa Zhang ke jajaran orang terkaya di China. Forbes pertama kali mencatatnya sebagai miliarder pada 2018 dengan kekayaan 4 miliar USD. Pada tahun 2024, ia dinobatkan sebagai orang terkaya di China oleh Daftar Orang Terkaya Cina Hurun, dengan kekayaan bersih 49,3 miliar USD. Sementara itu, Indeks Miliarder Bloomberg pada Maret 2025 menempatkannya dengan kekayaan bersih 57,5 miliar USD.
Di tengah popularitas TikTok, kepemilikan ByteDance atas aplikasi ini menimbulkan kekhawatiran di AS. Pemerintah AS bahkan mengancam akan melarang atau memaksa divestasi TikTok dari ByteDance jika tidak mematuhi regulasi terbaru. Meski begitu, TikTok tetap menjadi salah satu platform media sosial paling berpengaruh di dunia, membawa pengaruh besar dalam dunia digital dan hiburan global.
(Erha Aprili Ramadhoni)