Selama bertahun-tahun kepemilikan TikTok oleh China telah menimbulkan kekhawatiran di antara para pemimpin AS. Pertikaian TikTok telah terjadi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Anggota parlemen dan pemerintahan Biden mengatakan China dapat menggunakan TikTok untuk mengumpulkan data jutaan warga Amerika untuk pelecehan, perekrutan, dan spionase.
"Skala TikTok dan kerentanannya terhadap kendali musuh asing, bersama dengan banyaknya data sensitif yang dikumpulkan platform tersebut, membenarkan perlakuan yang berbeda untuk mengatasi masalah keamanan nasional pemerintah," kata Mahkamah Agung dalam opini yang tidak ditandatangani tersebut.
TikTok telah menjadi salah satu platform media sosial paling terkemuka di AS, khususnya di kalangan anak muda yang menggunakannya untuk membuat video berdurasi pendek, termasuk banyak yang menggunakannya sebagai platform untuk bisnis kecil.
Beberapa pengguna bereaksi dengan terkejut bahwa larangan tersebut benar-benar dapat terjadi.
"Ya ampun, saya tidak bisa berkata apa-apa," kata Lourd Asprec (21), dari Houston, yang telah mengumpulkan 16,3 juta pengikut di TikTok dan menghasilkan sekitar $80.000 setahun dari platform tersebut.
"Saya bahkan tidak peduli dengan pencurian data saya oleh China. Mereka dapat mengambil semua data saya. Misalnya, jika ada, saya akan pergi ke China sendiri dan memberikan data saya kepada mereka," katanya.
(Erha Aprili Ramadhoni)