Ironisnya, mereka bahkan mempromosikan aplikasi mana yang masih dapat digunakan dan beredar pada jaringan internet. Sementara itu aplikasi AI Clothoff juga secara blak-blakan menggunakan kalimat “telanjangi foto apapun dengan AI secara gratis!”.
Menanggapi hal tersebut, juru bicara Google mengatakan pada Time.com bahwa perusahaan tidak mengizinkan iklan yang mengandung konten eksplisit secara seksual. Google telah meninjau iklan yang dimaksud dan menghapusnya atas pelanggaran kebijakan.
Pornografi non-konsensual terhadap publik figur telah lama menjadi momok di internet, tetapi para ahli keamanan privasi semakin khawatir bahwa kemajuan teknologi AI telah menciptakan software deepfake menjadi lebih mudah dan efektif sehingga dapat digunakan oleh siapapun.
“Kami melihat semakin banyak hal ini dilakukan oleh orang biasa dengan target yang di antaranya merupakan anak sekolah menengah dan mahasiswa” kata Eva Galperin, direktur keamanan siber di Electronic Frontier Foundation dilansir dari Time.com.
Psikoterapis Lisa Sanfilippo, seorang ahli dalam bidang trauma seksual, mengatakan kepada Business Insider bahwa membuat gambar ketelanjangan merupakan pelanggaran berat terhadap privasi seseorang dan dapat menyebabkan trauma yang mendalam bagi korban. (Hana Mufidah)
(Saliki Dwi Saputra )