Orbit Pluto jauh lebih berbentuk telur daripada Bumi, dalam perjalanannya selama 248 tahun mengelilingi Matahari, ia menghabiskan 20 tahun lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus. Ini terakhir terjadi antara 1979 dan 1999, jadi sekarang bergerak ke orbit yang lebih dingin dan lebih jauh, setidaknya untuk saat ini tampaknya atmosfer tidak terpengaruh.
Penulis utama Michael Person, direktur Wallace Astrophysical Observatory dari Massachusetts Institute of Technology, mengatakan bahwa ada petunjuk dalam pengamatan jarak jauh sebelumnya bahwa mungkin ada kabut asap, tetapi masih belum ada konfirmasi hingga datanya memang ada dari SOFIA.
Person juga menambahkan, atmosfer Pluto mungkin akan runtuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya, atau mungkin bahkan tidak sama sekali runtuh.
Untuk mengetahuinya, peneliti masih harus terus memantaunya. Kabut atmosfer terbuat dari partikel-partikel kecil dengan ketebalan sekitar 0,06-0,10 mikron, sekitar 1.000 kali lebih kecil dari rambut manusia, sehingga memberikan nuansa biru puitis pada atmosfer Pluto.
(Ahmad Luthfi)