Namun, gangguan kali ini bukan disebabkan oleh teknologi AI, DNS, atau serangan siber besar.
Dilansir The Verge, Cloudflare menjelaskan bahwa masalah muncul karena perubahan izin pada database. Menurut Prince, model machine learning yang dipakai untuk menilai bot memiliki file konfigurasi yang terus diperbarui. Sayangnya, perubahan pada sistem query database (ClickHouse) membuat file itu berisi banyak data duplikat.
Akibatnya, file konfigurasi tumbuh terlalu besar hingga melewati batas memori yang ditentukan. Hal ini membuat sistem inti Cloudflare yang bertugas memproses trafik pelanggan menjadi down. Dampaknya, beberapa perusahaan yang memakai aturan Cloudflare untuk memblokir bot justru salah mendeteksi trafik asli sebagai bot, sehingga akses pengguna nyata ikut terputus. Sementara pelanggan yang tidak memakai skor bot tetap aman.
Untuk mencegah hal serupa, Cloudflare menyiapkan empat langkah: