Taofiq menyebut bahwa tantangan terbesar ruang digital saat ini bukan hanya hoaks, disinformasi, atau kejahatan siber, tetapi “terlalu banyak orang baik yang memilih diam.”
Portal informasi Indonesia.go.id pun, dikatakan Taofiq, mendorong KIM untuk menjadi jembatan informasi yang membumikan isu digital dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami keluarga, guru, dan masyarakat umum.
“Ruang digital akan sehat jika warga berani menuliskan hal-hal baik, membagikan informasi bermanfaat, dan tidak sekadar menjadi konsumen pasif,” ujar Taufik.
Pada kesempatan yang sama, Annisa Pratiwi Iskandar dari Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) menambahkan bahwa PP TUNAS disusun melalui kolaborasi lintas sektor terbesar dalam isu pelindungan anak digital, melibatkan akademisi, psikolog anak, platform digital, organisasi masyarakat, hingga anak-anak sendiri.
Maka, ia menilai peran KIM sangat strategis untuk memastikan PP TUNAS benar-benar dipahami dan diterapkan di tingkat keluarga dan komunitas.
“Regulasi akan efektif ketika dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Annisa.
Sementara itu, praktisi teknologi dan arsitektur AI, Erry Farid, menyampaikan bahwa lebih dari 2 juta model dan aplikasi AI telah beredar global per November 2025.