JAKARTA - Produsen asal China terus mendominasi penjualan mobil listrik di berbagai negara. Bahkan, harga yang sangat rendah membuat brand-brand asal Eropa menyerah untuk bersaing dengan mereka.
Kehadiran mobil listrik asal China, ditambah dengan permintaan mobil Eropa yang semakin lesu, serta tarif impor Amerika Serikat (AS), diibaratkan seperti "pesta" yang akan berakhir bagi brand-brand asal Eropa.
"Pesta yang telah kita rayakan di industri otomotif selama beberapa dekade telah berakhir dalam bentuknya saat ini. Sekarang semua tentang reorientasi," kata CEO Volkswagen, Oliver Blume, produsen mobil terbesar di Eropa, dan divisi mewahnya Porsche AG dikutip dari Reuters.
Blume mengungkapkan, saat ini Porsche mencatat penurunan penjualan mobil baru di pasar China hingga 27,9 persen. Hal tersebut berlangsung pada semester pertama 2025. Ini diakibatkan banyaknya konsumen setia mereka yang beralih ke mobil asal China.
Sementara BMW menaruh harapan pada model iX3 terbarunya untuk kembali tumbuh di Tiongkok. Kepala pemasaran BMW Jochen Goller mengatakan BMW memantau "perang harga yang brutal" di China saat menentukan harga untuk model baru tersebut. Model baru itu rencananya diluncurkan pada musim panas 2026.
Mercedes-Benz, yang meluncurkan sekitar 40 model baru hingga 2027 dan mengandalkan GLC listriknya untuk merebut kembali pangsa pasar di China. Mereka juga memangkas biaya produksi hingga miliaran euro. CEO Ola Kaellenius mengatakan persaingan ketat di China akan terus berlanjut.