JAKARTA - Penjualan mobil bensin saat ini mulai menurun setelah produsen mobil listrik, khususnya dari China, menyerbu pasar Indonesia. Model dengan fitur dan teknologi canggih, serta dijual dengan harga lebih murah membuat mobil listrik makin naik daun.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (ILMATAP) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Mahardi Tunggul Wicaksono, mengatakan pada 2021, pasar mobil hybrid naik dari 0,28 persen menjadi 7,62 persen pada Juli 2025. Sementara, pangsa pasar mobil listrik melonjak dari 0,08 persen menjadi 9,7 persen pada periode yang sama.
"Sebaliknya, kendaraan berbasis internal combustion engine (ICE) mengalami penurunan pangsa pasar dari 99,64 persen pada 2021 menjadi 82,2 persen pada Jan-Jul 2025. Hal ini mencerminkan adanya pergeseran preferensi konsumen menuju kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan," kata Tunggul di kantor Kemenperin, Jakarta, dikutip pada Jumat (29/8/2025).
Pada 2024, populasi mobil listrik mencapai 207 ribu unit. Jumlah itu meningkat 78 persen dibandingkan 2023 yang hanya berjumlah 116 ribu unit.
Bahkan, saat ini mobil listrik impor penjualannya mencapai 64 persen per Mei 2025.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Bahkan, mobil listrik seolah-olah menggerus pasar mobil bensin.
"Ya (menggerus). Yang (beli) BEV kan orang yang punya duit, yang konvensional kan buat nyari duit. Itu beda dong segmennya. Nah di tengah kondisi kelas menengah lagi tertekan, itu yang Rp400 juta ke bawah ini juga tertekan," ujarnya.
Kukuh mengungkapkan, konsumen kelas menengah ke bawah saat ini memilih untuk membeli mobil bekas. Itu lantaran mereka tidak dikenakan biaya pajak yang memberatkan harga mobil baru.
"Kalau mau beli, ekonominya juga lagi berat. Mereka pilihannya jadi mobil bekas. Satu mobil bekas kan nggak ada BBnKB," ucapnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)