Beberapa mikroba memiliki genom yang lebih kecil dan lebih efisien yang membantu mereka berspesialisasi dan berkembang biak di bawah tekanan ekstrem. Hal ini terlihat pada mikroba yang dominan di dasar Palung Mariana, yang mirip dengan bakteri laut dalam yang telah dipelajari sebelumnya. Sebaliknya, mikroba lain memiliki genom yang lebih besar dan lebih fleksibel yang memungkinkan mereka bertahan hidup dengan beradaptasi dengan kondisi yang berubah.
Dalam tajuk rencana yang menyertainya, tim tersebut menjelaskan bagaimana gen tidak biasa yang mereka temukan di antara mikroba laut dalam dapat digunakan dalam upaya membantu menyelamatkan keanekaragaman hayati yang terancam di tempat lain di planet ini.
“Kebaruan dan keanekaragaman mikroorganisme hadal yang luar biasa tinggi menunjukkan potensi sumber daya berupa gen, struktur, dan fungsi baru, yang mungkin menjadi pilihan alternatif untuk mengurangi penipisan sumber daya hayati terestrial saat ini,” tulis penulis studi tersebut, sebagaimana dilansir IFL Science.
Titik terdalam Palung Mariana, yang dikenal sebagai Challenger Deep, mencapai kedalaman 10.984 meter. Palung samudra ini terbentuk oleh proses geologi dramatis yang disebut subduksi—ketika satu lempengan besar kerak Bumi (Lempeng Pasifik) meluncur di bawah lempengan yang lebih kecil (Lempeng Mariana). Tabrakan ini memaksa dasar laut untuk jatuh ke bawah, membentuk bagian terdalam dari lautan
Don Walsh dan Jacques Piccard adalah dua orang pertama yang mencapai Challenger Deep pada tahun 1960 dan, hingga saat ini, hanya 22 orang yang pernah ke sana, termasuk tiga peneliti Tiongkok yang terlibat dalam penelitian terbaru ini.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Cell.
(Rahman Asmardika)