Sementara Hossam Nasr, mengatakan tujuan dari acara peringatan tersebut adalah "untuk menghormati para korban genosida Palestina di Gaza dan untuk menarik perhatian pada keterlibatan Microsoft dalam genosida" karena penggunaan teknologinya oleh militer Israel.
Nasr mengatakan pemecatannya diungkapkan di media sosial oleh kelompok pengawas Stop Antisemitism lebih dari satu jam sebelum ia menerima telepon dari Microsoft. Kelompok tersebut tidak segera menanggapi permintaan komentar pada Jumat tentang bagaimana mereka mengetahui tentang pemecatan tersebut.
Kelompok yang sama beberapa bulan sebelumnya telah meminta CEO Microsoft Satya Nadella untuk mengambil tindakan terhadap Nasr atas sikap publiknya terhadap Israel.
Nasr, lulusan Universitas Harvard tahun 2021 yang dibesarkan di Mesir, juga merupakan salah satu penyelenggara Harvard Alumni for Palestine.
Google awal tahun ini memecat lebih dari 50 pekerja setelah protes atas teknologi yang dipasok perusahaan itu kepada pemerintah Israel di tengah perang Gaza. Pemecatan itu bermula dari kekacauan internal dan protes duduk di kantor Google yang berpusat pada "Project Nimbus," kontrak senilai USD1,2 miliar yang ditandatangani pada 2021 untuk Google dan Amazon guna menyediakan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan (AI) kepada pemerintah Israel.
Microsoft mengatakan dalam pernyataannya pada Jumat tentang pemecatan itu bahwa mereka tetap "berdedikasi untuk menjaga lingkungan kerja yang profesional dan saling menghormati. Karena pertimbangan privasi dan kerahasiaan, kami tidak dapat memberikan rincian spesifik."
(Rahman Asmardika)