JAKARTA - Biaya perbaikan mobil listrik lebih mahal dibandingkan mobil dengan mesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE). Bahkan, selisih perbaikan kedua mobil tersebut mencapai 20 persen.
Hal ini sebagaimana studi dari Mitchell, dilansir dari Carscoops, Senin (2/9/2024). Studi Mitchell mengungkap, klaim untuk mobil listrik yang rusak akibat tabrakan naik 2,5 persen di Amerika Serikat (AS) dan 3,95 persen di Kanada pada kuarter kedua 2024. Peningkatan klaim ini terjadi di tengah melambannya penjualan mobil listrik. Penjualan mobil listrik turun menjadi 9,3 persen pada kuarter pertama 2024 dari 10,2 persen pada kuarter tiga 2023 di AS.
Mitchell melaporkan, tingkat keparahan klaim rata-rata untuk mobil listrik yang dapat diperbaiki pada kuarter 2 2024 adalah 5.753 dolar AS (sekitar Rp89 jutaan) di AS dan 6.534 dolar Kanada (sekitar Rp75 juta) di Kanada.
Sebaliknya, kendaraan bertenaga ICE rata-rata memiliki biaya yang jauh lebih rendah, yakni 4.806 dolar AS (sekitar Rp74 juta) di AS dan 4.958 dolar Kanada (Rp57 juta) di Kanada. Ini berarti biaya perbaikan BEV yang rusak akibat tabrakan 20% lebih mahal di AS dan 31% lebih mahal di Kanada dibandingkan dengan kendaraan ICE berukuran serupa.
Dalam hal merek dan model, Tesla Model 3 dan Model Y memimpin dalam hal frekuensi klaim di antara mobil listrik di AS dan Kanada. Jumlahnya mencakup lebih dari setengah dari semua kasus.