Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menperin Akui Sumber Energi Kendaraan Listrik Sumbang Emisi Terbesar, Ini Sebabnya!

Muhamad Fadli Ramadan , Jurnalis-Senin, 16 Oktober 2023 |12:26 WIB
Menperin Akui Sumber Energi Kendaraan Listrik Sumbang Emisi Terbesar, Ini Sebabnya!
Ilustrasi Kendaraan Listrik (Foto: Istimewa)
A
A
A

JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk mengatasi pencemaran udara. Ironisnya, emisi paling besar justru dihasilkan dari penyedia sumber energi kendaraan listrik.

Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita yang berharap dekarbonisasi bisa secepatnya dilakukan. Langkah ini demi memastikan bahwa kendaraan listrik benar-benar bebas emisi.

“Sehingga, harapannya dekarbonisasi sektor kelistrikan dapat membantu mengurangi penggunaan fase emisi pada BEV,” kata Menperin Agus Gumiwang seperti dikutip dalam keterangan resmi, Senin (16/10/2023).

Diketahui bahwa dampak emisi selama siklus hidup kendaraan sangat dipengaruhi oleh sumber energi listrik yang digunakan. Emisi kendaraan listrik akan jauh lebih rendah jika energi listrik yang digunakan untuk proses produksi dan mengisi baterai berasal dari energi bersih yang ramah lingkungan.

Menperin memberikan perbandingan berdasarkan studi Polestar dan Rivian pada 2021 di Eropa, Amerika Utara, dan Asia Pasifik, yang dilaporkan pada Polestar and Rivian Pathway Report (2023).

Selama siklus hidupnya, emisi yang dihasilkan kendaraan listrik lebih rendah, yaitu 39 tonnes of carbon dioxide equivalent (tCO2e), dibandingkan kendaraan listrik hybrid (HEV) sebesar 47 tCO2e, dan kendaraan konvensional atau internal combustion engine (ICE) yang mencapai 55 tCO2e.

Perlu diketahui, Life Cycle Emissions menunjukan jumlah total gas rumah kaca dan partikel yang dikeluarkan selama siklus hidup kendaraan, mulai dari produksi hingga penggunaan dan pembuangan (disposal).

Tetapi, faktor produksi energi listrik menjadi faktor utama penghasil emisi tertinggi, yaitu 26 tCO2e (66,7 persen). Jauh di atas Kendaraan konvensional yang hanya sebesar 32 tCO2e (57 persen), atau kendaraan hybrid sebesar 24 tCO2e (51 persen).

Oleh sebab itu, Kemenperin mendorong strategi dekarbonisasi di sektor industri terdiri atas pemanfaatan teknologi hemat energi dan rendah emisi, penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT), efisiensi energi, air, dan bahan baku, juga manajemen limbah dan ekonomi sirkular.

 BACA JUGA:

“Kami juga mendorong sektor industri untuk lebih proaktif, sehingga pencapaian target NZE di sektor industri harus bisa tercapai pada tahun 2050, atau 10 tahun lebih cepat dari target NZE nasional pada tahun 2060,” ujar Agus Gumiwang.

Kendaraan listrik sebenarnya tidak mengeluarkan emisi karena menggunakan motor listrik dan baterai sebagai sumber tenaga. Emisi yang dihasilkan saat pemeliharaan juga lebih rendah karena komponen mekanis yang digunakan lebih sedikit.

(Saliki Dwi Saputra )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement