Meski demikian, menurut Robert H. Richmond, direktur Laboratorium Kelautan Kewalo di Universitas Hawaii di Manoa, rencana melepaskan air limbah nuklir merupakan sebuah langkah prematur.
Salah satu kekhawatirannya adalah mengencerkan air limbah mungkin tidak cukup untuk mengurangi dampaknya terhadap kehidupan laut. Polutan seperti tritium dapat melewati berbagai tingkat rantai makanan penghuni laut.
Dia menambahkan bahwa lautan dunia sudah berada di bawah tekanan akibat perubahan iklim, pengasaman laut, penangkapan ikan berlebihan, dan polusi. Ini sama saja menganggap laut sebagai tempat sampah.
Banyak badan, termasuk IAEA, menunjukkan bahwa pembangkit nuklir di seluruh dunia secara rutin dan aman melepaskan air limbah olahan yang mengandung tritium tingkat rendah. Jadi terkait aman atau tidaknya masih menjadi perdebatan.
Jepang sendiri akan mulai melepaskan limbah nuklir Fukushima yang diolah ke laut dalam 2 tahun kedepan. Rencana ini telah digodok selama bertahun-tahun dengan alasan bahwa Jepang telah kehabisan ruang untuk menampung limbah nuklir.
(Martin Bagya Kertiyasa)