Beberapa dekade kemudian, Johann Galle menemukan planet kedelapan. Dia ingin menamainya seperti nama astronom Urbain Le Verrier. Namun, karena melihat warna biru yang menyelimuti planet baru ini, para astronom menamainya dengan Neptunus/Neptune yang diambil dari nama dewa laut Romawi.
Dulu, ketika planet di tata surya kita masih berjumlah sembilan, Pluto dinamai sesuai nama dewa dunia bawah/underworld Romawi. Penamaan ini sangat tepat, karena planet ini merupakan planet terjauh dari Matahari. Sekarang, Pluto disebut sebagai planet kerdil.
Sekarang siapa yang berhak menamai planet-planet yang baru ditemukan? Sebuah organisasi bernama International Astronomical Union (IAU) telah mendapatkan kehormatan untuk tugas tersebut sejak tahun 1919.
Biasanya, IAU masih berpegang teguh pada penggunaan mitologi untuk menamai objek langit yang baru. Sebagai contoh, bulan-bulan Jupiter diberi nama sesuai dengan nama-nama tokoh dalam cerita Zeus, rekan Jupiter di Yunani. Bulan-bulan Pluto diberi nama tokoh-tokoh lain yang ada di dunia mitologi.
Bagaimana dengan Bumi kita? Kalian tidak akan menemukan dewa Yunani atau Romawi yang memiliki nama itu! Sebaliknya, "Bum/Earth" berasal dari bahasa Inggris Kuno dan bahasa Jermanik yang berarti "tanah".
(Andera Wiyakintra)