Penamaan planet-planet di tata surya kita didasarkan pada Mitologi Romawi. Mitologi ini mencakup cerita tentang awal mula dunia dan tentang tindakan para dewa,
Bangsa Romawi kuno sangat menaruh perhatian pada planet-planet yang menjadi tetangga Bumi. Mereka menyadari bahwa setiap planet memiliki karakteristik yang berbeda.
Mereka bahkan memetakan pergerakan planet-planet tersebut. Begitulah cara bangsa Romawi memberi nama planet-planet tersebut, seperti yang dilansir dari Wonderopolis.
Bangsa Romawi menamai planet-planet dengan nama dari dewa-dewi mereka. Merkurius, planet yang paling dekat dengan Matahari, memiliki revolusi terpendek. Karena planet ini terlihat bergerak lebih cepat daripada planet lain, orang Romawi menamainya sesuai dengan nama dewa pembawa pesan, yaitu Mercury.
Venus adalah planet yang bersinar paling terang di langit malam. Itulah mengapa orang Romawi menamainya dengan nama dewi cinta dan kecantikan tersebut. Mars dinamai sesuai dengan nama dewa perang Romawi, karena warnanya planetnya yang melambangkan. Planet Mars biasa disebut juga dengan Planet Merah.
Jupiter adalah planet terbesar di tata surya. Itulah sebabnya orang Romawi memberinya nama planet tersebut dengan raja para dewa mereka. Mereka kemudian menamai planet bercincin di tata surya kita Saturnus untuk menghormati ayah Jupiter yang bernama Saturn.
Nama-nama ini melekat. Dan praktik penamaan benda-benda di langit berdasarkan kisah-kisah dalam mitologi juga semakin berkembang. Ketika William Herschel menemukan Uranus pada tahun 1781, ia ingin menamainya dengan nama raja Inggris, George III. Namun, akhirnya planet tersebut dinamakan Uranus. Nama ini diambil dari Ouranos, dewa langit Yunani dan ayah dari Saturnus.
Beberapa dekade kemudian, Johann Galle menemukan planet kedelapan. Dia ingin menamainya seperti nama astronom Urbain Le Verrier. Namun, karena melihat warna biru yang menyelimuti planet baru ini, para astronom menamainya dengan Neptunus/Neptune yang diambil dari nama dewa laut Romawi.
Dulu, ketika planet di tata surya kita masih berjumlah sembilan, Pluto dinamai sesuai nama dewa dunia bawah/underworld Romawi. Penamaan ini sangat tepat, karena planet ini merupakan planet terjauh dari Matahari. Sekarang, Pluto disebut sebagai planet kerdil.
Sekarang siapa yang berhak menamai planet-planet yang baru ditemukan? Sebuah organisasi bernama International Astronomical Union (IAU) telah mendapatkan kehormatan untuk tugas tersebut sejak tahun 1919.
Biasanya, IAU masih berpegang teguh pada penggunaan mitologi untuk menamai objek langit yang baru. Sebagai contoh, bulan-bulan Jupiter diberi nama sesuai dengan nama-nama tokoh dalam cerita Zeus, rekan Jupiter di Yunani. Bulan-bulan Pluto diberi nama tokoh-tokoh lain yang ada di dunia mitologi.
Bagaimana dengan Bumi kita? Kalian tidak akan menemukan dewa Yunani atau Romawi yang memiliki nama itu! Sebaliknya, "Bum/Earth" berasal dari bahasa Inggris Kuno dan bahasa Jermanik yang berarti "tanah".
(Andera Wiyakintra)