Namun, panda memiliki usus kecil yang pendek dan perut sederhana yang kurang cocok untuk mencerna bahan tumbuhan – mereka tidak memiliki perut dengan banyak ruang seperti sapi, misalnya.
Bambu pada awalnya bukanlah sumber nutrisi yang kaya, tetapi pencernaan panda tidak seefisien herbivora lain dalam menyerap selulosa, jadi tampaknya tidak masuk akal bagi panda untuk menyerap selulosa.
Dahulu kala, nenek moyang panda raksasa adalah omnivora. Mereka memakan hewan dan tumbuhan. Mereka memiliki sistem pencernaan dan bakteri usus untuk memetabolisme mereka. Mereka memiliki reseptor rasa umami, untuk mengecap rasa daging yang gurih.
Tapi antara 2,4 juta dan 2 juta tahun yang lalu, banyak hal mulai berubah. Gen untuk reseptor rasa umami mereka menjadi tidak aktif.
Rahang dan gigi mereka berevolusi untuk membantu mereka menghancurkan bambu, dan tulang pergelangan tangan mereka menjadi semacam jari ekstra untuk membantu mereka menggenggam batang tanaman favorit mereka.
Para ilmuwan berpikir beruang berwarna hitam dan putih ini beralih ke makan bambu sebagian karena sangat melimpah dan mereka tidak harus bertarung dengan hewan lain untuk mendapatkannya.
Bambu memang tinggi serat tetapi memiliki konsentrasi nutrisi yang rendah, sehingga panda harus makan 20 sampai 40 pon setiap hari hanya untuk bertahan hidup.
Para peneliti ingin mempelajari lebih lanjut tentang cara hidup herbivora yang ekstrem ini. Jadi mereka memasang pelacak GPS pada dua panda raksasa dan mengikuti pergerakan mereka sepanjang tahun.
Mereka menemukan bahwa panda memakan protein. Antara Agustus dan April, mereka mencari makan di dataran rendah di Pegunungan Qinling China.
Di awal siklus, mereka memakan daun Bashania fargesii hingga mendapat kesempatan untuk menikmati pucuk muda yang mengandung lebih banyak protein. Semakin banyak tunas tumbuh, semakin banyak proteinnya yang diencerkan oleh serat.
Salah satu temuan paling signifikan berasal dari analisis kotoran panda dengan membandingkan rasio protein dan lemak dalam kotoran dengan rasio yang ditemukan dalam bambu, para ilmuwan dapat mengetahui bahwa hewan tersebut mengekstrak protein dalam jumlah besar dari bambu.
Ini memberi tahu mereka bahwa hampir setengah dari asupan kalori panda, sekitar 48%, berasal dari protein, sedangkan 52% lainnya berasal dari lemak dan karbohidrat.
Hasilnya mengejutkan karena, secara nutrisi, ini jauh lebih dekat seperti karnivora daripada hewan pemakan tumbuhan.
Secara khusus, "hiperkarnivora" seperti serigala liar dan kucing liar yang mendapatkan 70% atau lebih makanannya dari memakan hewan lain mendapatkan sekitar 50% kebutuhan energinya dari protein.
Sebaliknya, herbivora hanya mendapatkan sekitar 20% energinya dari protein. Jadi, temuan baru ini mengarah kemungkinan karnivora dalam diri panda meski yang dimakannya tetap mayoritas bambu.
(DRA)
(Andera Wiyakintra)