BEIJING - Meluasnya penyebaran virus korona (Coronavirus) di China, berdampak langsung pada sektor industri otomotif, dengan terhentinya aktivitas produksi maupun penjualan. Bagi perusahaan pembuat kendaraan yang mengandalkan pasar China, potensi kerugian besar berada di hadapan mata akibat hilangnya konsumen potensial.
Berdasarkan fenomena tersebut, lembaga analis Standard&Poors (S&P) menilai Volkswagen (VW) rentan mengalami kerugian terbesar akibat penyebaran virus korona di China. Dalam laporannya yang dimuat oleh Bloomberg, S&P menyebut Volkswagen memproduksi serta menjual sekitar 40 persen mobil buatannya di China.
Potensi kerugian yang dialami oleh VW Group berkisar 3 miliar Euro atau sekitar Rp45 triliun. Angka itu berdasar target keuntungan yang ditargetkan oleh induk perusahaan asal Jerman itu kepada usaha gabungan yang beroperasi di China. Sebelumnya, produsen itu menargetkan pertumbuhan pasar sebanyak 1 sampai 2 persen pada 2020.
Walaupun tidak memiliki pabrik di pusat endemik virus korona yaitu Provinsi Hubei, VW tetap menutup pabriknya sesuai dengan arahan Pemerintah China. Perkembangan terbaru menyebut penutupan itu akan berlanjut 17 Februari mendatang. VW sendiri masih menghitung ketersediaan komponen maupun suku cadang yang dibutuhkan.