JAKARTA – Google bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi Digital (Komdigi) secara resmi meluncurkan Google Play Protect spada Hari Keamanan Berinternet 2025, Selasa, (18/2/2025). Pada kesempatan itu, Google juga menghadirkan diskusi panel tentang perlindungan anak dalam menggunakan perangkat digital, yang diisi oleh para pakar dari berbagai bidang terkait.
Diskusi yang berlangsung membahas mengenai tatangan serta peluang yang dihadapi terkait penggunaan perangkat digital oleh anak-anak.
Kepala Hubungan Pemerintah dan Kebijakan Publik, Youtube Indonesia, dan Asia Tenggara, Danny Ardianto yang hadir sebagai salah satu panelis menyoroti bahwa tantangan terbesar dalam penggunaan teknologi digital adalah memastikan keamanan, kesehatan, dan manfaat positif bagi anak-anak.
Menurutnya, keamanan bukanlah tujuan akhir, melainkan fondasi penting agar penggunaan teknologi dapat berjalan sehat dan positif. Dengan fondasi keamanan, anak-anak dapat terhindar dari risiko fisik maupun mental, seperti konten yang tidak sesuai usia atau potensi bahaya lainnya.
“Aman itu adalah fondasi, jadi aman dari segala resiko, bahaya, baik itu fisik mau pun mental kemudian itu menjadi fondasi agar penggunaan teknologi bagi anak itu sehat artinya tidak berlebihan dan tidak membahayakan kemudian positif. Jadi digunakan hal-hal edukasi, hal hal yang mendorong kehidupan sehari-hari yang positif. Karena kalo aman saja artinya masih basic,” jelas Danny.
Di sisi lain, dunia digital juga menghadirkan peluang yang sangat besar bagi anak-anak, terutama dengan semakin meluasnya infrastruktur internet di Indonesia yang kini telah masuk hingga ke desa-desa terpencil. Untuk memanfaatkan peluang ini, berbagai organisasi dan lembaga hukum, termasuk unit cybercrime, telah berupaya melindungi anak-anak dari bahaya di dunia maya.
“Tetapi peluang itu juga sebaiknya bagaimana bisa dimanfaatkan untuk meminimalisasi akses negative ketika anak berada dalam dunia internet yang tidak aman, tidak nyaman, dan tidak sehat juga. Artinya ada gangguan-gangguan yang menyebabkan bukan dari anak tetapi dari luar yang mengganggu anak-anak sehingga anak-anak akhirnya terpapar dengan konten-konten yang membahayakan dirinya dan masa depan,” pungkas Ketua Board ECPAT Indonesia, Ahmad Sofian dalam sesi diskusi yang sama.