JAKARTA- Penampilan yang awet muda adalah sesuatu yang diinginkan oleh banyak orang. Tak jarang, mereka yang menginginkan penampilan awet muda melakukan berbagai cara mulai dari mengonsumsi vitamin hingga perawatan tubuh dengan harga selangit.
Namun, baru-baru ini peneliti mengungkap cara sederhana bagi seseorang untuk tetap awet muda.
Ilmuwan asal Florida, Amerika Serikat, Dr Joseph Dituri, yang juga seorang penyelam profesional mengungkap bahwa hidup di bawah air bisa membuat orang tetap awet muda. Hal ini dibuktikan Dituri dengan melakukan penelitian dimana dia menghabiskan 100 hari hidup di bawah air.
berhasil mengungkap rahasia awet muda dengan penelitiannya yang menghabiskan 100 hari hidup di bawah air.
Dilansir Metro, Kamis (14/3/2024), Dituri menghabiskan waktu untuk memecahkan rekor di sebuah penginapan bawah laut bertekanan tinggi yang terletak di dasar laguna sedalam 30 kaki (sekira 9,4 meter) di Key Largo, Florida.
Dia menemukan bahwa apa yang ia lakukan mampu membalikkan usia tubuhnya pada tingkat sel, yang menurutnya kini 20 tahun lebih muda dari usia sebenarnya serta menunjukkan penurunan 50% pada setiap penanda peradangan di tubuhnya, dan jumlah sel induk 17 kali lipat dari yang diharapkan.
"Jadi pada dasarnya, (saya memiliki) proliferasi sel induk, pengurangan rasa sakit, pengurangan peradangan dan penghambatan racun,” kata Dr Dituri dalam sebuah wawancara dengan WKMG News di Orlando.
"Saya berusia 56 tahun sekarang. Usia ekstrinsik (biologis) saya adalah 44 tahun. Ketika saya keluar dari air, usia ekstrinsik saya adalah 34 tahun. Telomer saya memanjang. Saya sebenarnya menjadi lebih muda ketika saya berada di bawah air," lanjutnya.
Untuk diketahui, telomer adalah struktur yang terbuat dari urutan DNA dan protein yang ditemukan di ujung kromosom. Setiap kali sel membelah, sel-selnya menjadi lebih pendek. Begitu telomer hilang, sel akan mati, jadi dengan memanjangkan telomer, sel akan hidup lebih lama dan proses penuaan melambat.
Ilmuwan tersebut menyatakan bahwa telomernya tidak sepanjang saat pertama kali keluar, namun masih lebih panjang dari sebelumnya. Sayangnya dia tidak memberikan informasi atau bukti tambahan apa pun tentang penelitian atau pengukurannya.
Dituri percaya bahwa pembalikan usia ini disebabkan oleh hidup di lingkungan bertekanan tinggi yanh juga dikenal sebagai lingkungan ‘hiperbarik’. Ia berharap agar penelitian lanjutan bisa dilakukan.
Dituri yakin terapi hiperbarik adalah sesuatu yang perlu ditelusuri untuk penyakit seperti kolitis ulserativa, penyakit usus kronis yang terkait dengan peradangan.
(Rahman Asmardika)