Beberapa hari kemudian, istri pemilik tempat rongsokan mulai memperhatikan bahwa teman-teman dan kerabatnya jatuh sakit. Ketika ia mencari bantuan medis, dokter menemukan bahwa mereka menderita keracunan radiasi akut. Empat orang akhirnya meninggal karena paparan, termasuk seorang anak. Banyak orang dirawat di rumah sakit dan lebih dari 100.000 orang di kota itu harus dipantau untuk mengetahui adanya kontaminasi.
Lebih dari 40 rumah di kota itu ditemukan memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi dan harus dihancurkan.
Kasus ini sempat membuat geger publik Tanah Air pada pertengahan Februari 2020. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bersama BAPETEN menemukan paparan radioaktif Cesium-137 di lahan kosong dekat Perumahan Batan Indah, Serpong.
Merangkum pemberitaan Okezone, pengukuran menunjukkan tingkat radiasi sekitar 10 kali lebih tinggi dari ambang batas normal. Tim gabungan Bapeten dan BATAN melakukan penyelidikan lapangan.
Warga sekitar diperiksa kesehatan dan kadar radiasi tubuhnya.
Selanjutnya, BATAN melakukan dekontaminasi tanah dengan menggali dan mengangkat lapisan tanah yang terkontaminasi. Tanah yang sudah terpapar dimasukkan ke wadah khusus dan dibawa ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Serpong. Setelah pembersihan, tingkat radiasi di lokasi menurun secara signifikan.
Pada periode April-Juli 2020, BATAN dan Bapeten melanjutkan monitoring jangka panjang untuk memastikan tidak ada lagi radiasi berlebih di sekitar lokasi.
Hasil pengukuran menunjukkan paparan radiasi telah kembali normal dan aman untuk aktivitas warga. Tidak ditemukan warga yang mengalami paparan radiasi signifikan.
(Erha Aprili Ramadhoni)