Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

El Nino Dahsyat Mungkin Picu Kepunahan Massal yang Musnahkan 90 Persen Spesies Bumi

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 17 September 2024 |15:01 WIB
El Nino Dahsyat Mungkin Picu Kepunahan Massal yang Musnahkan 90 Persen Spesies Bumi
Ilustrasi.
A
A
A

JAKARTA – Fenomena El Nino dahsyat  kemungkinan telah mengakibatkan kepunahan massal di Bumi, yang dikenal sebagai Kematian Besar, sekira 252 juta tahun yang lalu, menurut para peneliti. “Mega El Nino” ini diyakini menyebabkan kehancuran ekosistem Bumi dan perubahan iklim signifikan yang membunuh banyak mahkluk hidup.

Kematian Besar, yang juga dikenal sebagai peristiwa kepunahan Permian-Trias, dianggap sebagai peristiwa kepunahan paling parah dalam sejarah Bumi, yang pada akhirnya memusnahkan sekira 90 persen spesies Bumi. Namun, terlepas dari signifikansinya bagi kehidupan di Bumi, mekanisme utama yang menjadi penyebab kepunahan massal ini masih belum diketahui secara pasti.

Untuk waktu yang lama, para ilmuwan percaya Kematian Besar disebabkan oleh emisi dari letusan gunung berapi di tempat yang sekarang menjadi Siberia, yang memicu lonjakan suhu global yang cepat. Letusan tersebut melepaskan sejumlah besar karbon dioksida (CO2) ke atmosfer yang, seperti saat ini, menyebabkan suhu laut meningkat. Namun, letusan tersebut juga membuat air ini tergenang, menurunkan kadar oksigen hingga membunuh makhluk laut.

Namun, penjelasan ini memiliki kelemahan. Satu masalah terbesar adalah bahwa spesies daratan, termasuk tumbuhan dan serangga yang biasanya tangguh, telah mulai mati puluhan ribu tahun sebelum mereka yang ada di laut.

Karena itulah peneliti mulai mengajukan dugaan lain terkait penyebab kepunahan massal ini.

“Pemanasan iklim saja tidak dapat menyebabkan kepunahan yang dahsyat seperti itu karena, seperti yang kita lihat saat ini, ketika daerah tropis menjadi terlalu panas, spesies bermigrasi ke daerah yang lebih dingin dan lebih tinggi,” Dr. Alexander Farnsworth, Rekan Peneliti Senior di Universitas Bristol, menjelaskan dalam sebuah pernyataan yang dilansir IFL Science.

“Penelitian kami telah mengungkapkan bahwa peningkatan gas rumah kaca tidak hanya membuat sebagian besar planet menjadi lebih hangat, tetapi juga meningkatkan variabilitas cuaca dan iklim sehingga membuatnya semakin ‘liar’ dan sulit bagi kehidupan untuk bertahan hidup.”

 

Peristiwa El Nino terjadi karena fluktuasi suhu laut di Samudra Pasifik dan dapat berdampak signifikan pada iklim global. Peristiwa tersebut dapat menyebabkan cuaca ekstrem, seperti peningkatan curah hujan di tempat-tempat seperti Tanduk Afrika dan Amerika Serikat bagian selatan, sementara menyebabkan kondisi kering dan kekeringan di tempat-tempat seperti Asia Tenggara, Australia, dan Afrika bagian selatan. El Niño juga dapat menyebabkan kebakaran hutan dan mengganggu ekosistem.

Tahun ini, El Nino telah menyebabkan gelombang panas pada Juni yang dialami di Amerika Utara, ketika suhu mencapai 15°C lebih panas dari biasanya.

"Untungnya, peristiwa semacam itu sejauh ini hanya berlangsung satu hingga dua tahun saja. Selama krisis Permian-Trias, El Nino berlangsung lebih lama sehingga mengakibatkan kekeringan yang meluas selama satu dekade, diikuti oleh banjir selama bertahun-tahun. Pada dasarnya, iklim tidak menentu dan hal itu membuat spesies apa pun sulit beradaptasi," Profesor Paul Wignall menambahkan.

Wignall, Farnsworth, dan rekan-rekannya menilai tingkat pemanasan Permian-Trias dengan memeriksa isotop oksigen dalam fosil gigi organisme kecil penghuni air yang telah punah yang disebut conodont, yang memungkinkan mereka menentukan catatan suhu. Analisis tersebut mengungkap penurunan drastis dalam gradien suhu di lintang tengah dan rendah.

“Pada dasarnya, cuaca menjadi terlalu panas di mana-mana, kata Farnsworth. "Perubahan yang bertanggung jawab atas pola iklim yang diidentifikasi sangat mendalam karena ada peristiwa El Nino yang jauh lebih intens dan berkepanjangan daripada yang disaksikan saat ini. Spesies tidak diperlengkapi untuk beradaptasi atau berevolusi dengan cukup cepat.”

Kepunahan Permian-Trias sangat parah karena El Nino raksasa menciptakan lingkaran umpan balik positif pada iklim yang menyebabkan kondisi yang semakin hangat yang dimulai di daerah tropis dan seterusnya, menyebabkan matinya vegetasi. Lebih sedikit tanaman berarti lebih sedikit CO2 yang dikeluarkan dari atmosfer. Pada saat yang sama, ini juga menghilangkan bagian penting dari jaring makanan.

 

Para peneliti percaya, ini membantu menjelaskan mengapa peristiwa kepunahan ini menyebabkan spesies daratan mati sebelum spesies laut.

"Meskipun lautan awalnya terlindung dari kenaikan suhu, El Nino raksasa menyebabkan suhu di daratan melampaui toleransi termal sebagian besar spesies dengan kecepatan yang sangat cepat sehingga mereka tidak dapat beradaptasi tepat waktu," rekan penulis Profesor Yadong Sun menambahkan.

"Sebagian besar kehidupan gagal beradaptasi dengan kondisi ini, tetapi untungnya beberapa hal bertahan hidup, yang tanpanya kita tidak akan berada di sini hari ini. Itu hampir, tetapi belum sepenuhnya, akhir dari kehidupan di Bumi."

Makalah tersebut diterbitkan di Science.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement