JAKARTA - Google kini semakin terancam dengan keberadaan perangkat AI. Bahkan, ancaman dari OpenAI lebih besar ketimbang regulator dari Amerika Serikat (AS).
Diketahui, Google menghadapi ancaman yang lebih besar dari OpenAI milik Sam Altman saat menunggu keputusan soal regulator antimonopoli di Washington berencana untuk menyamakan kedudukan dalam bisnis pencarian internet.
Putusan AS yang menemukan Google membangun monopoli pencarian ilegal dianggap sebagai kemenangan besar bagi regulator. Namun, investro dan analis menyebut semakin banyak orang yang menggunakan perangkat AI termasuk chatbot ChatGPT milik OpenAI yang populer telah mengikis dominasi Google.
"Saya pikir bagi Google saat ini, AI (adalah) masalah yang jauh lebih besar daripada putusan tersebut. AI pada dasarnya mengubah cara kerja produk pencarian," kata mantan insinyur Google yang bekerja pada produk termasuk Search selama satu dekade, Arvind Jain, melansir Reuters, Sabtu (10/8/2024).
Jain, yang sekarang menjalankan perusahaan pencarian perusahaan bernama Glean, mengatakan dampak AI bersifat langsung dibandingkan dampak dari putusan ini yang diajukan banding dan membutuhkan waktu lama untuk memengaruhi pasar.
Google telah lama identik dengan mesin pencari, menguasai sekitar 90% pangsa pasar global dan menghasilkan sekitar 175 miliar dolar AS pendapatan tahunan melalui bisnis tersebut. Bahkan Apple yang lebih suka membangun semua perangkat lunak dan sebagian besar perangkat keras yang digunakan dalam perangkatnya, telah mengizinkan Google menjadi mesin pencari default-nya dengan biaya yang mahal.
Namun, hari-hari perlakuan istimewa dengan biaya sudah berakhir bahkan sebelum serangkaian kasus pengadilan antimonopoli diselesaikan. Dalam upayanya di bidang AI, Apple mengumumkan kemitraan dengan OpenAI untuk menghadirkan ChatGPT ke perangkatnya yang akan datang. Apple menekankan dasar non-eksklusif dari kesepakatan tersebut dan membicarakan kemungkinan untuk menggandeng Google sebagai mitra lainnya.
Keputusan terhadap Google akan mempercepat langkah Apple menuju layanan pencarian bertenaga AI, jika dipaksa untuk mengakhiri kesepakatan Search dengan Google, kata para analis.
Bulan lalu, OpenAI yang didukung Microsoft mengatakan, mereka juga merambah permainan pencarian dengan peluncuran SearchGPT yang lambat, mesin pencari bertenaga AI dengan akses informasi real-time dari internet.
Search GPT
Seorang mantan eksekutif senior Google meramalkan, AI akan bergerak lebih cepat daripada kecepatan DOJ dalam melawan Google. Seluruh monopoli akan berakhir, dengan kata lain, kecepatan AI dalam mengambil alih pencarian.
Baik mantan eksekutif Google maupun banyak analis Wall Street sepakat, Google memiliki bahan mentah yang dibutuhkan untuk memimpin dalam AI. Model bahasa yang besar untuk melatih AI dan mesin pencari. Namun, upaya perusahaan tersebut tampaknya tersebar dalam menghadapi serangan OpenAI, yang menarik pengguna yang lebih muda.
Popularitas AI generatif mengejutkan Google. Meskipun menjadi sumber penelitian mendasar di balik teknologi tersebut, Google tidak merilis produk konsumen hingga ChatGPT menjadi aplikasi konsumen dengan pertumbuhan tercepat pada awal tahun 2023.
"Ancaman terbesar bagi Google mungkin adalah Google sendiri. Kunci untuk adopsi AI apa pun adalah kepercayaan, dan kesalahan langkah awalnya dengan Search Overviews menunjukkan teknisi Google lebih fokus pada rilis cepat daripada melakukannya dengan benar karena mencoba mengimbangi kecepatan OpenAI dan lainnya," kata CEO dan analis utama di firma riset Valoir, Rebecca Wettemann.
Wettemann merujuk pada AI Overviews Google, fitur baru yang menggunakan AI untuk menjawab kueri penelusuran yang muncul sebelum tautan. Fitur ini menuai kecaman dari penerbit yang melihat lalu lintas rujukan dari Google menurun dan dikritik karena memberikan kesalahan termasuk memberi tahu pengguna untuk memakan lem dan mengatakan Barack Obama adalah seorang Muslim. Google mengurangi fitur tersebut awal tahun ini.
Gil Luria, seorang analis di DA Davidson yakin pengawasan regulasi serta ancaman AI saling terkait.
"Sebagian alasan (DOJ) mengincar praktik bisnis Google adalah karena pasar sedang berubah saat ini dan mereka ingin memastikan Google tidak memperluas dominasinya di pasar saat ini."
Meskipun putusan antimonopoli mungkin belum berdampak besar pada Google, putusan itu akan membuka pasar pencarian bagi lebih banyak pemain, kata Richard Socher, CEO dan pendiri perusahaan rintisan mesin pencari AI You.com dan mantan kepala ilmuwan di Salesforce.
Namun, ia menambahkan, mengakhiri dominasi Google dalam pencarian akan "sangat sulit."
"Belum ada yang benar-benar berhasil mengurangi dominasi pencarian Google. Kita harus melihat apakah ini akan menjadi bagian domino lain yang akan benar-benar memberikan konsumen lebih banyak pilihan, pilihan yang nyata," ujarnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)