Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Toyota Sebut Seharusnya Hanya Mobil Produksi Lokal yang Berhak Dapat Insentif

Muhamad Fadli Ramadan , Jurnalis-Jum'at, 26 Juli 2024 |19:04 WIB
Toyota Sebut Seharusnya Hanya Mobil Produksi Lokal yang Berhak Dapat Insentif
Toyota sebut hanya mobil produksi lokal yang berhak dapat insentif. (Fadli Ramadan)
A
A
A

TANGERANG - Pemerintah Indonesia tengah berupaya keras untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik. Sejumlah kebijkan insentif dikeluarkan, termasuk memberikan keringanan pajak bea masuk bagi mobil listrik impor.

Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy mengatakan, seharusnya yang berhak mendapat insentif hanya mobil produksi dalam negeri. Hal itu mengingat produsen yang melakukan perakitan secara lokal telah berinvestasi besar.

"Berikanlah insentif kepada produk-produk yang bisa mengurangi emisi. Kedua, berikanlah insentif kepada produk-produk yang memang sudah diproduksi di dalam negeri, bukan yang impor," kata Anton di arena GIIAS 2024, ICE BSD City, Tangerang, belum lama ini.

"Kalau produksi, saatnya kita berikan support karena itu berkontribusi langsung kepada ekonomi nasional," ucapnya.

Booth Toyota di GIIAS 2024 (Okezone/Erha A Ramadhoni)
Booth Toyota di GIIAS 2024 (Okezone/Erha A Ramadhoni)

Mobil listrik saat ini mendapat kebijakan insentif berupa pembebasan pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) untuk pembelian mobil listrik secara impor utuh (Completely Built-Up/CBU) dan terurai lengkap (Completely Knocked-Down/CKD).

Namun, bagi produsen yang masih melakukan impor dan ingin menikmati insentif, harus berkomitmen membangun pabrik dalam lima tahun ke depan. Ini untuk memastikan mereka hadir bukan hanya untuk berjualan, tapi juga ikut membangun ekosistem kendaraan listrik.

Plt Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), Putu Juli Ardika mengatakan, sedang harmonisasi pajak kendaraan yang rendah emisi. Payung besarnya saat ini selain mengurangi emisi karbon, juga ketergantungan dengan impor bahan bakar.

 

"Kalau kita lihat memang battery electric vehicles bisa menghemat sampai dengan 100 persen bahan bakar yang digunakan di kendaraannya. Cuma kejadiannya di bawah karena tadi 60 persen kandungan listrik kita listrik yang fosil itu belum bisa mengurangi karbon emisi CO2," ujarnya.

Bahkan, Putu juga akan menyarankan insentif mobil hybrid untuk dipercepat karena terbukti ikut menekan emisi. Bahkan, kendaraan jenis tersebut juga bisa mengurangi impor minyak mentah yang digunakan sebagai bahan bakar.

"Hal yang menarik sebenarnya kita masih banyak sekali ruang bahwa PHEV jadi plug in itu bisa mengurangi konsumsi bahan bakar 70 persen, hybrid sampai 49 persen dibandingkan ICE, kalau kendaraan ICE, bisa kita migrasikan ke hybrid ini 50 persen bahan bakar kita bisa hemat, dan 50 persen emisi bisa kita kendalikan," ucapnya.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement