JAKARTA - Sejumlah brand memanfaatkan gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di ICE BSD, Tangerang pada 18-28 Juli, untuk meluncurkan mobil terbarunya.
Salah satunya adalah Build Your Dreams (BYD). Pada keikutsertaan perdananya di GIIAS, pabrikan China siap meluncurkan model terbarunya.
"Kami akan launching satu produk yang related dengan market yang akan kami masuki dan mudah-mudahan cocok dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Indonesia," ujar Head of Marketing & Communication PT BYD Motor Indonesia Luther T Panjaitan di Jakarta, Rabu (13/6/2024).
Diketahui, saat ini BYD telah menjual 3 model mobil listrik, yaitu Atto 3, Dolphin, dan Seal. Ketiga mobil listrik itu telah diluncurkan pada Februari 2024.
BYD sempat menjanjikan pengiriman ke konsumen mulai dilakukan pada Juni 2024. Namun, hingga kini, BYD belum mengirimkan unitnya ke konsumen.
Terkait hal ini, Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengungkapkan hal tersebut terjadi karena BYD baru mendapat izin dari pemerintah. Ini terkait komitmen investasi yang akan mereka lakukan di Indonesia.
Bahlil menyampaikan rekomendasi perizinan impor mobil listrik BYD baru dikeleluarkan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini menentukan seberapa besar jumlah impor yang diizinkan oleh pemerintah Indonesia.
"Sebelum impor, BYD harus mempresentasikan terhadap berapa nilai investasi, kapasitas produksi. Sekarang kita kasih dulu kurang lebih sekitar 10 sampai 20 persen dari total kapasitas produksinya, saya lupa. Tapi saya sudah tanda tangani (izin impornya)," kata Menteri Bahlil kepada wartawan di Jakarta, Selasa (11/6/2024).
Sebagai informasi, pemerintah Indonesia memberlakukan aturan ketat terhadap mobil listrik yang diimpor seutuhnya dari luar negeri. Hal ini terkait kebijakan insentif bebas pajak yang diberikan untuk kendaraan ramah lingkungan tersebut.
Insentif untuk mobil impor alias CBU (Completely Build Up) yang diberikan pemerintah berupa bebas bea masuk dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) ditanggung pemerintah. Tapi, produsen harus berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia dengan membangun pabrik untuk melakukan perakitan atau produksi di Tanah Air.
(Erha Aprili Ramadhoni)