Meski singkat, BMKG meminta agar masyarakat yang melihat tidak mendekati sumber waterspout. Meski sama-sama angin puting beliung, ternyata waterspout memiliki karakter yang berbeda selain lokasi terbentuknya peristiwa unik tersebut.
Peneliti Klimatologi pada Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer-BRIN, Erma Yulihastin mengatakan fenomena waterspout hanya terjadi ketika ada kontak angin dengan air. Skala angin waterspout tergolong mikro, sehingga fenomena ini umumnya hanya dapat terjadi di atas danau, tambak, sungai, bendungan, dan lain-lain.
Sedangkan puting beliung, menurut ahli tornado keturunan Jepang Tetsuya Fujita dari Universitas Chicago memiliki kecepatan angin dan dampak kerusakan pada kisaran di bawah skala F-2 (Skala Fujita-2).
"Dengan demikian, puting beliung memiliki lintasan kurang dari satu kilometer dengan durasi hidup di bawah satu jam," tutur Erma dikutip dari situs resmi LAPAN.
Jadi waterspout memang ada penjelasan ilmiahnya. Bukan karena ada naga yang tengah minum air sungai. Di Indonesia sendiri sudah beberapa kali terjadi fenomena waterspout. Seperti kejadian di sungai Kama di Rusia, waterspout yang terjadi di Indonesia banyak bikin geger orang banyak.
(Martin Bagya Kertiyasa)