Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ilmuwan Temukan Monster Laut Raksasa 240 Juta Tahun, Lehernya Robek dalam Satu Gigitan

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Kamis, 22 Juni 2023 |06:07 WIB
Ilmuwan Temukan Monster Laut Raksasa 240 Juta Tahun, Lehernya Robek dalam Satu Gigitan
Tanystropheus dan Monster Laut Lainnya. (Foto: FECYT)
A
A
A

DALAM penemuan baru para ilmuwan menemukan fakta baru bahwa predator raksasa yang hidup 240 juta tahun tewas terpenggal hanya dalam satu gigitan brutal. Tentu saja, mahluk ini lebih menyeramkan pasalnya predator yang lehernya robek tersebut berukuran 6 meter.

Dinosaurus yang lehernya robek tersebut termasuk dalam spesies Tanystropheus hydroides, reptil laut yang dapat tumbuh hingga sepanjang 19,5 kaki (6 meter). Dinosaurus ini adalah predator penyergap yang makan ikan dan cumi-cumi di laguna tropis selama Trias Tengah (247 hingga 237 juta tahun lalu).

Tanystropheus memiliki leher yang sangat panjang, dalam beberapa kasus leher mereka tiga kali lebih panjang dari batang tubuh mereka. Tanystropheus yang dipenggal itu berasal dari situs fosil Monte San Giorgio, yang berada di perbatasan Swiss dan Italia dan memegang rekor binatang laut terbesar dari Trias Tengah.

Penemuan ini pertama kali dilihat oleh Ahli paleontologi vertebrata di State Museum of Natural History Stuttgart, Stephan Spiekman, yang tengah mempelajari dua spesimen Tanystropheus sebagai bagian dari pekerjaan doktoralnya di Museum Paleontologi Swiss di Universitas Zurich.

Adapun Stephan Spiekman pertama, yakni T. hydroides, sedangkan yang kedua adalah T. longobardicus, spesies yang lebih kecil dengan panjang sekira 5 kaki (1,5 m). Pengamatan lebih dekat pada fosil menunjukkan bahwa lehernya telah dipotong, dengan bekas gigitan yang jelas pada beberapa vertebrata.

Spiekman dan Eudald Mujal, ahli paleontologi di State Museum of Natural History Stuttgart, menganalisis bekas gigitan dan patah tulang untuk mencari tahu apa yang terjadi pada makhluk purba ini. Temuan menunjukkan bahwa mereka diserang oleh predator lain yang tampaknya menargetkan leher panjang mereka sebagai titik lemah pada tubuh.

"Kami menemukan dua tusukan gigi tepat di bagian leher yang patah, dan leher patah dalam satu dataran diagonal. Ini menunjukkan bahwa lehernya digigit dalam satu gigitan," kata Spiekman seperti dilansir dari Livescience.

Menurutnya, ada kemungkinan beberapa gigitan awal tidak mengenai tulang, tetapi sangat masuk akal bahwa predator besar menggigit leher dalam satu gigitan, mengingat predator besar yang ada di sekitar lingkungan itu.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan Senin (19 Juni) di Current Biology, para peneliti menemukan bukti yang menunjukkan bahwa serangan itu terjadi dari atas, dengan predator menukik ke bawah dan menggigit lehernya untuk memenggal kepala Tanystropheus.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement