"Selain itu, menerima undangan untuk terhubung banyak terjadi di platform ini. Pelaku penipuan menggunakan budaya koneksi ini untuk memulai percakapan dan berbagi tautan dengan konten berbahaya yang diharapkan pengguna LinkedIn akan mengkliknya," tambah laporan tersebut.
Ada dua modus penipuan yang kerap dilakukan, yakni menargetkan individu dengan berpura-pura menjadi pengguna LinkendIn, serta yang berpura-pura sebagai perusahaan.
Pada modus kedua merupakan yang cukup sering terjadi, di mana penipu beroperasi denga dalih organisasi palsu atau menyamar sebavai perusahaan yang sudah ada, untuk membangun lebih banyak kredibilitas.
Biasanya, penipu menyamar sebagai perusahaan besar, karena berdasarkan laporan tersebut, tidak ada penipu tidak menyamar sebagai perusahaan-perusahaan kecil.
(Martin Bagya Kertiyasa)