Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ilmuwan Sebut Otak Suku Amazon Alami Penuaan Lebih Lambat dari Orang Kota

Wahyu Sibarani , Jurnalis-Senin, 08 Mei 2023 |19:24 WIB
Ilmuwan Sebut Otak Suku Amazon Alami Penuaan Lebih Lambat dari Orang Kota
Ilustrasi Otak Manusia. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

STRES mungkin menjadi salah satu masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh orang-orang perkotaan. Bahkan, mereka yang tinggal di pedalaman disebut memiliki otak yang lebih sehat ketimbang orang-orang yang tinggal di perkotaan.

Sebuah laporan ilmiah yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan sebuah temuan misterius. Studi yang meneliti dua suku pedalaman di hutan Amazaon, Tsimane dan Moseten, memperlihatkan bahwa volume otak yang ada di kedua suku itu justru berkurang lebih sedikit dibanding masyarakat moderen.

Hillard Kaplan, peneliti dari Chapman University, California, Amerika Serikat mengaku telah meneliti sebanyak 1.165 masyarakat suku Tsimane dan Moseten. Dalam penelitian itu dia membandingkan volume otak masyarakat Suku Tsimane dan Moseten.

Hasilnya otak suku Tsimane berkurang 2,3 persen setiap sepuluh tahun dibanding pengurangan otak yang terjadi pada masyarakat moderen. Begitu juga dengan suku Moseten yang berkurang 3,5 persen dalam periode yang sama.

"Saat ini sangat sedikit informasi yang detail tentang penuaan otak atau demensia terhadap masyarakat yang hidup di lingkungan non industri," tulis Hillard Kaplan dalam penelitian itu seperti dilansir dari popularmechanics.

Dia menjelaskan orang-orang suku pedalaman hutan Amazon menghabiskan sebagian besar hari mereka dengan aktif berburu dan mencari makanan. Itu berbeda dengan masyarakat industri yang moderen yang kesehariannya habis dengan bekerja dan berpikir keras.

Kondisi masyarakat moderen itu yang akhirnya membuat terjadinya penurunan volume otak dengan jumlah. Pada akhirnya terjadi penurunan kemampuan kognitif dan peningkatan penyakit sejak usia 40 tahun.

Dikutip Wired Hillard Kapalan mengatakan orang-orang di pedalaman hutan Amazon menggunakan fisik untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Ini berbeda dengan masyarakat moderen yang semuanya telah tersedia. “Kita memiliki terlalu banyak kalori, terlalu sedikit aktivitas fisik, menyebabkan efek negatif pada otak kita,” jelasnya.

Disamping kerja keras secara fisik, kedua masyarakat adat itu menunjukkan adanya hubungan yang erat antara indeks massa tubuh dan kolesterol non-HDL dengan volume otak. Dalam penelitian mereka, ketiga indikator orang-orang suku Tsimane dan Moseten itu sebagian besar positif. Hanya menurun dengan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI) tinggi dan kolesterol jahat.

Keadan itu justru berbeda di masyarakat moderen. Saat ini kebanyakan masyarakat moderen mengalami penurunan volume otak akibat peningkatan Indeks Massa Tubuh. "Perbedaan ini merupakan bentuk ketidaksesuaian evolusioner yang kami sebut memalukan kekayaan karena perubahan baru-baru ini dalam pola makan, aktivitas, dan paparan lingkungan lainnya," tulis para penulis.

Para peneliti menyimpulkan masyaraka suku Tsimane dan Moseten jauh dari penyakit demensia, arteri koroner, dan diabates karena gaya hidup. Pola hidup itu kemudian berdampak pada penuaan otak yang sangat positif. “Gaya hidup mereka ternyata memengaruhi penuaan otak,” kata Kaplan kepada Wired.

(Martin Bagya Kertiyasa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement