Membuang gas atau kentut merupakan hal yang normal terjadi dalam tubuh manusia. Dalam sehari manusia bisa mengalaminya 13 hingga 23 ķali. Sebenarnya, gas yang dikeluarkan tubuh saat kentut sebagian besar tidak berbau.
Namun, dalam beberapa kasus gas tersebut bisa menghasilkan aroma yang tidak sedap. Bahkan dalam beberapa kasus ini bisa menjadi pertanda bahwa seseorang punya masalah kesehatan serius. Lantas apa yang menyebabkan gas yang dikeluarkan saat kentut berbau busuk?
Sebagaimana dilansir dari Health, gas dalam tubuh merupakan hasil dari menelan udara saat kita makan. Secara umum gas dari kentut bisa berasal dari kombinasi nitrogen, oksigen, hidrogen, karbon dioksida, dan metana.
Gas-gas tersebut harus dikeluarkan oleh tubuh melalui sistem pencernaan. Ada beberapa alasan mengapa gas yang keluar saat kentut menghasilkan bau busuk.
Pertama berkaitan dengan bakteri. Pada usus besar terdapat berbagai jenis bakteri, jamur, dan virus yang dikenal dengan mikrobioma usus. Bakteri ini akan membantu proses memecah karbohidrat sehingga menghasilkan gas.
Asisten Profesor Pengobatan Penyakit Dalam Klinik, Patricia Raymond, menjelaskan selama proses pencernaan terjadi bakteri usus dapat menghasilkan senyawa belerang seperti hidrogen sulfida yang menyebabkan bau busuk pada gas.
Konsumsi makanan tertentu juga dapat menyebabkan kentut berbau tak sedap. Misalnya makanan susu dengan laktosa seperti susu, es krim, dan keju. Selain itu ada pula makanan yang mengandung rafinosa seperti kacang, brokoli, dan kubis.
Sembelit juga dapat menyebabkan bau tak sedap pada kentut. Sembelit biasanya terjadi apabila feses membutuhkan waktu lebih lama melewati usus besar.
Ahli Gastroenterologi di Precision Digestive Care, Frederick Gandolfo menjelaskan feses yang lama berada di dalam usus besar menyebabkan bakteri menyebar dan menimbulkan banyak gas. Hal inilah yang membuatnya menjadi bau.
Kondisi tertentu dapat menjadi pertanda kesehatan yang buruk. Apabila terasa sakit perut yang tak kunjung henti setelah kentut, ini bisa mengindikasikan kondisi yang lain. Untuk memastikannya, konsultasikan langsung ke ahli kesehatan.
(DRA)
(Andera Wiyakintra)